Perberasan Indonesia Terus Diperkuat, Harga Beras di Pasar Internasional Turun Mengetat

Produksi beras nasional yang terus terakselerasi di tahun ini patut disyukuri. Langkah pemerintah sesuai komando Presiden Prabowo Subianto untuk mempertebal stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) menjadi tepat, demi persiapan menghadapi sehabis panen raya hingga akhir tahun nanti.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan amatan itu dalam suatu dialog interaktif radio nasional di Jakarta pada Jumat (16/5/2025). Arief juga menjabarkan perkembangan harga beras di pasar internasional yang disebut-sebut sedang mengalami deklinasi.

“Kalau kita bicara beras Indonesia hari ini, kita memang bersyukur, karena produksinya baik. Artinya sampai dengan Juni nanti, memang kita prediksi ada kelebihan yang cukup, sehingga pada semester pertama ini kita semua menyiapkan stok. Serapan produksi dalam negeri sudah masuk ke Bulog setara beras 2,1 juta ton,” papar Arief.

“Harga beras dunia saat ini sekitar USD 390 sampai 460 per metric ton. Tapi ini memang saling terkait karena 2-3 tahun lalu, India sebelum Pemilu, punya kebijakan tidak ada berasnya keluar, maka harga beras di dunia waktu itu sempat naik sampai USD 650-700 per metric ton. Pada waktu itu juga sebagai akibat dari El Nino yang berat, tapi kalau Indonesia, kondisinya medium,” lanjutnya.

Berkaitan dengan itu, menyadur data The FAO All Rice Price Index (FARPI), tercatat indeks tertinggi dalam 5 tahun terakhir ada di Januari 2024. FARPI kala itu berada di 142,8. Sementara indeks terbaru menurut FAO di April 2025 tercatat menurun menjadi 104,8.

Masih berdasarkan data FAO, India terpantau mengekspor berasnya mulai Oktober 2024, belakangan mencatatkan tren penurunan harga. Di Oktober 2024, untuk jenis beras India 25% berada di USD 477,3 per Metric Ton (MT) dan beras India 5% di USD 481/MT. Terbaru, harganya di April 2025 masing-masing menjadi USD 361,3/MT dan USD 375,5/MT.

“Indonesia sekarang sufficient untuk telur dan daging ayam. Kita sudah mulai ekspor kalau komoditas yang surplus. Kalau ekspor beras, kita memang perlu berpikir beberapa kali. Ini karena kalau produksi beras kita bisa lebih 33 juta ton, itu baru bisa dibilang secured. Sementara kita perlu waktu untuk penguatan saluran irigasi teknis, rice milling plant hingga dryer,” bebernya.

“Tentu ini telah diperintahkan Bapak Presiden untuk memperbanyak alsintan (alat dan mesin pertanian) mulai dari persiapan lahan, pascapanen, dan penyimpanan. Jadi selama produksi beras kita belum di atas 31 juta sampai 33 juta ton, kita masih perlu stok Cadangan Pangan Pemerintah,” katanya lagi.

“Kita perlu keep stock karena 2 atau 3 bulan ke depan, harga beras akan mulai naik. Trennya begitu karena produksi biasanya mulai menurun. Ini challenge, seiring berjalannya waktu saluran irigasi diperbaiki, maka grafik produksi beras bisa akan lebih datar, tidak mencuram yang signifikan di akhir tahun,” ungkap Arief.

Dalam Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Maret, puncak panen raya telah terjadi di April 2025 dengan torehan beras hingga 5,3 juta ton. Selanjutnya produksi beras bulanan di Mei dan Juni masing-masing 2,63 juta ton dan 2,22 juta ton.

Selanjutnya menilik Proyeksi Neraca Beras update per 4 Mei, produksi beras mulai Juli hingga Desember diestimasikan secara urutan bulan antara lain dapat menyentuh angka 2,69 juta ton; 2,74 juta ton; 2,73 juta ton; 2,38 juta ton; 1,75 juta ton, dan 1,23 juta ton. Dengan itu, diproyeksikan total produksi beras dalam negeri di tahun ini dapat mencapai 32,29 juta ton.

“Memang biasanya di November Desember Januari Februari itu produksi beras di bawah konsumsi bulanan, sehingga memang paling benar adalah seperti yang kita lakukan 2 tahun terakhir ini. Kita menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah. Kita simpan di Bulog yang bisa kita gunakan untuk intervensi saat harga dan pasokan mengalami fluktuasi,” jelas orang nomor satu di NFA itu.

“Tapi di awal 2025 ini, Pak Presiden secara gamblang menyampaikan pokoknya petani tidak boleh rugi. Hasil petani harus dibeli. Jadi pada waktu panen raya kemarin ini, petani sangat bahagia bisa mendapatkan harga gabah di sawah Rp 6.500 per kilogram,” tutup Arief.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *