Spirit pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan dilaksanakan dengan memastikan kalangan produsen pangan mampu memperoleh tingkat harga yang baik atas hasil produktivitasnya. Untuk itu, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) bagi Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani yang telah menjadi pionir dalam menjaga harga di petani, terus diperkuat di 2025 ini.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menuturkan bahwa implementasi HPP GKP telah diinisiasi sejak 2023. Dengan penyesuaian harga dan target absorpsi setiap tahunnya, pemerintah menasbihkan kehadirannya bagi kalangan petani dalam negeri.
“Kami di Badan Pangan Nasional meningkatkan HPP GKP, gabah dan beras, sudah sejak 2023. Sebelumnya Rp 4.200 per kilogram, menjadi Rp 5.000 per kilogram. Lalu 2024 menjadi Rp 6.000 per kilogram. Tahun ini kita jadikan Rp 6.500 per kilogram. Dengan itu, harga GKP petani kita dapat membaik karena secara rata-rata, harga petani cukup jarang berada di bawah HPP,” beber Arief di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Berdasarkan data historis rerata harga GKP dari Panel Harga Pangan NFA, di 2023 harga terendah di angka Rp 5.000 per kilogram (kg) yang sama dengan HPP saat itu. Lalu di 2024, harga terendah sempat di Rp 5.720 per kg dengan HPP saat itu Rp 6.000 per kg. Namun itu terjadi hanya di April dan Mei saja. Selanjutnya, rerata harga GKP terus meningkat hingga penghujung 2024.
“Untuk awal 2025 ini, kita patut mengapresiasi Bulog karena serapannya sampai hari ini sudah lebih dari 18 ribu ton setara beras. Ini dilaksanakan secara serius karena perintah Bapak Presiden Prabowo sudah jelas dan tegas. Tidak ada kompromi. Tidak ada yang menyerap GKP di bawah Rp 6.500, termasuk swasta. Jadi jangan ada pengurangan akibat kadar air yang tinggi, akibat rendemen dan lain-lain,” ungkapnya.
Adapun realisasi pengadaan setara beras sampai 3 Februari telah meraih angka 18.359 ton. Jika ditelaah, total serap di Januari 2025 yang berada di angka 14.389 ton mengalami eskalasi signifikan hingga 133,5 persen dibandingkan Januari 2024 dan meningkat 109,3 persen dibandingkan total serapan Januari 2023.
“Timing penyerapan kita di 2025, mulainya akhir Februari, lalu Maret, dan April. Saat itu adalah momentum produksi padi kita meningkat. Tapi untuk selanjutnya semisal ada harga GKP berada di bawah HPP, Bulog terus serap. Memang tidak mungkin serap 100 persen, tapi maksudnya adalah yang tercecer yang harganya tidak masuk, tolong disapu oleh Bulog,” tegasnya.
Sebagaimana rilis Badan Pusat Statistik (BPS), proyeksi produksi beras di triwulan pertama 2025 ini dapat mencapai 8,67 juta ton dengan Januari di 1,33 juta ton, Februari 2,10 juta ton, dan Maret di 5,24 juta ton. Sementara produksi di triwulan awal 2024 totalnya 5,69 juta ton, sehingga tahun ini ada selisih lebih dari produksi hingga 2,98 juta ton atau 52,37 persen.
Lebih lanjut, untuk selisih produksi dan konsumsi di Januari-Maret tahun ini diestimasikan surplus 900 ribu ton. Ini mengalami peningkatan 2,91 juta ton dengan produksi terhadap konsumsi periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini karena selisih produksi dan konsumsi 3 bulan pertama di tahun lalu masih mengalami defisit 2,01 juta ton.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga menjelaskan strategi penyimpanan stok melalui optimalisasi pergudangan Bulog dan dengan bekerjasama dengan pihak lain. Ini karena proyeksi stok bisa mencapai total hingga 5 juta ton.
“Kapasitas gudang bulog 3,7 juta ton saat ini, telah terisi 1,9 juta ton. Nah nanti 3 juta ton dari serapan harus didahulukan. Jadi Bulog nanti kerja sama dengan ID FOOD. Lalu ada gudang SRG (Sistem Resi Gudang), dengan private sector juga bisa. Jadi kita pakai gudang filial,” kata Arief.
“Jadi strategi pembaruan kebijakan HPP ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, serta mendorong daerah petani untuk meningkatkan produksinya, sekaligus memperkuat Cadangan Beras Pemerintah,” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, indeks Nilai Tukar Petani (NTP) tidak pernah kurang dari 100 poin sejak tahun 2022. Terbaru, NTP di Januari 2025 mengalami peningkatan dibandingkan akhir 2024 menjadi 123,68. Setali tiga uang, NTP Tanaman Pangan (NTPP) di Januari 2025 juga beranjak naik ke angka 109,06 dari sebelumnya Desember 2024 berada di 108,90.