Taklimat Presiden Prabowo Subianto yang meminta jajaran pemerintah menaruh fokus dalam menekan fluktuasi harga pangan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan sampai Idulfitri, dilaksanakan secara kolaboratif. Tak hanya harga pangan pokok yang baik dan stabil, ketersediaan stok juga menjadi concern.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi memastikan pemerintah berupaya melalui berbagai program prorakyat agar aksesibilitas masyarakat terhadap pangan murah dapat menjadi lebih mudah diraih. Hal itu dikatakan Arief selepas meninjau Operasi Pasar Pangan Murah bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Kantor Pos Surakarta, Jawa Tengah pada Selasa (11/3/2025).
“Tadi kami bersama Bapak Mentan melihat langsung perkembangan program baik, seperti Operasi Pasar Pangan Murah di Kantor Pos Surakarta ini. Pemerintah saat ini memang sedang getol melakukan stabilisasi pangan pokok. Perintah Bapak Presiden Prabowo, sekali lagi, harga-harga tidak boleh naik, yang boleh naik cuma harga gabah petani,” tutur Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
Perkembangan program OP Pangan Murah dicatat NFA telah semakin meluas. Per 10 Maret, sebaran lokasi totalnya telah ada di 1.534 titik pada 34 provinsi dan 394 kabupaten/kota. Adapun target persebaran yang telah ditetapkan terhadap program ini adalah 6.845 titik lokasi se-Indonesia.
Saat ini 1.534 titik tersebut terdapat di 1.344 Kantor PT Pos Indonesia, 92 gerai PT Charoen Pokphand Indonesia, 74 titik di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian, 12 titik di Pinsar Petelur Nasional (PPN), 4 lokasi di kios PT Pupuk Indonesia, 3 lokasi masing-masing di Dinas Pangan dan Dinas Pertanian, dan 1 lokasi masing-masing di gerai PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan Pinsar Indonesia.
5 komoditas utama yang disediakan dengan harga khusus di OP Pangan Murah telah menorehkan realisasi jual yang ciamik. Kuantitasnya antara lain beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) 280,3 ribu kilogram (kg), gula konsumsi 248,1 ribu kg, MinyaKita 156,6 ribu liter, daging kerbau beku 10 ribu kg, dan bawang putih 2,1 ribu kg.
“Kita harap melalui Operasi Pasar Pangan Murah seperti ini, masyarakat dapat lebih tenang dan nyaman selama Ramadan sampai Idulfitri nanti. Tentu pemerintah tidak hanya membantu masyarakat melalui satu program ini saja, ada pula program SPHP beras yang telah dikucurkan kembali,” sebut Arief.
“Beras masih menjadi pilihan konsumsi masyarakat Indonesia, sehingga bersama Perum Bulog, kembali kita hadirkan beras berkualitas premium namun dengan harga yang medium. Jika masyarakat ada menemukan harga beras SPHP ini melebihi HET (Harga Eceran Tertinggi), tolong segera sampaikan agar bisa segera ditindak tegas. Ini komitmen pemerintah,” ucapnya lagi.
Adapun beras SPHP dengan harga khusus turut dijual di OP Pangan Murah yakni Rp 12.000 per kg pada Zona 1 (Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi). Untuk Zona 2 (Sumatera kecuali Lampung dan Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan) adalah Rp 12.300 per kg. Pada Zona 3 (Maluku dan Papua) Rp 12.600 per kg.
Sementara untuk penjualan di tingkat pedagang pengecer diberlakukan sesuai ketetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium, antara lain Rp 12.500 per kg untuk wilayah Jawa, Lampung dan Sumatera Selatan, lalu Bali dan Nusa Tenggara Barat serta Sulawesi. Sementara harga Rp 13.100 per kg ditetapkan untuk wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kepulauan Bangka Belitung lalu Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan. Terakhir, harga Rp 13.500 per kg untuk wilayah Maluku dan Papua.
Per 10 Maret, realisasi penyaluran beras SPHP di tingkat konsumen dalam rangka HBKN di Maret ini telah menyentuh angka 15,9 ribu ton atau 10,64 persen dari target 150 ribu ton. Dengan adanya penyaluran kembali program SPHP beras ini, diyakini akan memperkuat kestabilan inflasi beras.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi beras pada Februari 2025 sedang mengalami penurunan menjadi 0,26 persen. Sementara inflasi beras pada Januari tahun ini berada di 0,36 persen.
Tren tersebut sedikit berbeda dibandingkan inflasi beras sesaat sebelum puncak panen raya padi tahun 2024. Kala itu, inflasi beras pada Maret 2024 bertengger di 2,06 persen. Sementara puncak panen raya padi terjadi di April 2024. Di tahun ini, puncak panen raya padi diproyeksikan BPS terjadi di Maret 2025 dengan produksi beras dapat mencapai 5,48 juta ton.