Tinjau Bersama Presiden Jokowi, Kepala NFA Fokus Siapkan Momentum Penyerapan Panen Raya Nasional

Selepas memastikan bantuan pangan beras di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terlaksana dengan baik, Presiden Joko Widodo teruskan visitasinya ke Jawa Tengah. Berlokasi di Gudang Perum Bulog Meger, Klaten, Jawa Tengah, RI-1 didampingi Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi, kembali menyapa 1.000 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) bantuan pangan beras pada Rabu (31/1/2024).

“Bapak Ibu sekalian yang saya hormati, ini sudah menerima ya (bantuan pangan beras) yang 10 kilo? Jadi ini nanti (bantuan pangan beras) Januari Februari Maret akan diberikan kepada Bapak Ibu semuanya. Januari Februari Maret kemudian setelah itu April Mei Juni,” ujar Presiden Jokowi.

“Di Januari Februari Maret April Mei Juni, nanti setelah Juni, saya akan lihat APBN lagi, kalau memang memungkinkan akan dilanjutkan berikutnya, tapi paling tidak sampai Juni. Kalau (beras) 10 kilo berarti untuk berapa (lama)? Seminggu? Saya saja sama Bu Jokowi 10 kilo, bisa 2 bulan kok, gimana, tinggal berdua saja,” tambahnya.

“Terus ini berasnya (bantuan pangan) juga beras premium ya, yang diberikan kepada bapak ibu semuanya, ini beras premium. Coba di cek saja nanti sampai (rumah). Saya jamin berasnya, beras baik dan beras premium, dan ini kita berikan kepada 22 juta penerima di seluruh tanah air,” tutup Presiden.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi turut menjelaskan bahwa ketersediaan stok pangan strategis seperti beras, terutama dalam menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi fokus utamanya bersama Perum Bulog. Kunci ketersediaan stok beras nasional terletak pada produksi dalam negeri yang diprediksi akan meningkat pasca El Nino mulai mereda.

“Hari ini sekali lagi Bapak Presiden Joko Widodo berkenan untuk melakukan cek ketersediaan stok di Bulog. Pada saat yang bersamaan beliau juga meminta saya dan Pak Dirut Bulog untuk memastikan ketersediaan stok, utamanya jelang sampai dengan lebaran. Dan disini ada Pak Dirut Bulog yang tentunya bersama-sama dengan kita semua akan memastikan bahwa stok beras itu akan cukup sampai lebaran,” kata Arief.

Arief mengungkapkan menurut Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan produksi beras di Maret nanti dapat menyentuh angka 3,5 juta ton. Angka tersebut telah melebihi kebutuhan konsumsi nasional beras sebulan yang sejumlah 2,5 juta ton.

“Dan kemudian nanti di bulan Maret itu sudah mulai panen 3,5 juta ton di atas kebutuhan nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan, sehingga pada saat itu kita akan stop impor. Kita akan stop impor dan serap beras padi lokal untuk tetap mempertahankan harga di tingkat petani itu baik,” tambahnya.

Ia pun menampik anggapan sebagian pihak bahwa masuknya beras yang berasal dari pengadaan luar telah memukul harga gabah di tingkat petani. Menurutnya, justru Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di Desember 2023 dinilai BPS mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Jadi kalau ada yang menyampaikan harga di tingkat petani jatuh di bawah, tidak benar. Hari ini confirmed, harga di tingkat petani, NTPP itu harga terbaik itu, di tahun ini. Harga di petani tinggi, gabah di atas Rp 7.000, ada yang Rp 8.000,” tegasnya.

“Kemudian di hilir karena harga gabah itu Rp 7.000, secara mudah kalau harga Rp 7.000-8000 maka secara mudah harga berasnya itu dua kali lipat. Kalau Rp 8.000 berarti Rp 16.000, kalau Rp 7.000 berarti Rp 14.000, sehingga Bapak Presiden memerintahkan saya dan Dirut Bulog untuk melakukan bantuan pangan, tentunya untuk 22 juta KPM,” sambungnya.

“Jadi bantuan pangan beras dilaksanakan bukan karena Januari Februari Maret ini jelang Pemilu, tidak begitu. Ini dari tahun lalu pun juga sudah ada dan ini akan terus dikerjakan, sampai nanti akan terus dikerjakan karena saudara-saudara kita yang 22 juta KPM, ini memang sangat memerlukan,” tandasnya.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi berharap dampak perekonomian terkait penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog sangat baik ada di dalam negeri saja. Langkah importasi terpaksa dilakukan agar pemerintah tetap punya CBP yang secured.

“Kalau kita sekarang mengimpor (beras) 2 juta ton, itu butuhnya bisa sekitar Rp 20 triliun. Kita sekarang inginnya setelah ini, kegiatan ekonominya ada di Indonesia. Kalau ini adanya di desa-desa, di tempat kita punya sentra produksi, itu akan sangat baik buat kita,” urai Arief.

“Jadi yuk kita dukung bersama supaya produktivitas kita di Indonesia, bisa mengcover kebutuhan nasional, sehingga kita jaga sama-sama ekonominya, giat ekonominya kalau ada di Indonesia keren banget,” pungkas Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.

Dalam acara Kepala Negara hari ini, turut hadir pula Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Bupati Klaten Sri Mulyani, dan Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *