Di tengah tantangan global yang semakin kompleks, dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu secara cepat beradaptasi dengan perubahan. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Orasi Ilmiah di Universitas Trilogi pada Sabtu (4/5/2024).
“Kita harus mempunyai kemampuan teknososiopreneur untuk menjawab tantangan ke depan, yang mampu beradaptasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Saat ini, penggunaan AI (Artificial Intelligence) begitu pesat sehingga kita juga harus cepat beradaptasi dan mengantisipasi perubahan. Jika tidak, kita akan terkalahkan oleh perkembangan zaman yang semakin dinamis,” ujarnya.
Dalam orasinya di hadapan 329 wisudawan dan segenap civitas akademika Universitas Trilogi, Arief mengajak para wisudawan untuk membuka diri terhadap hal-hal baru, menjadi pribadi yang agile, mampu melihat peluang, serta menekankan pentingnya integritas diri dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Dengan latar belakang pendidikan teknik sipil di Universitas Atma Jaya, berbeda dengan bidang kerja yang saat ini digelutinya di sektor pangan, Arief mengungkapkan bahwa proses pendidikan di perguruan tinggi diharapkan bisa membentuk pola pikir yang adaptif dan inovatif. Sebab hal tersebut merupakan modal besar dalam menentukan arah masa depan.
“Pola pikir yang dibentuk di perguruan tinggi itu penting. Hampir semua mata kuliah yang saya pelajari tidak ada urusannya sama beras (pangan). Tapi bagaimana kita terus agile, terus berinovasi, terus belajar, itu menjadi penting. Dan juga bagaimana kita mengembangkan diri, membuat networking. Ini menjadi salah satu modal kita ke depan.” tambahnya.
Arief juga mengapresiasi Universitas Trilogi yang memiliki program studi Agribisnis dan Agroekoteknologi sebagai bagian dari kontribusi perguruan tinggi dalam mengupayakan berbagai solusi dan inovasi di sektor pangan dan pertanian sehingga menopang ketahanan pangan nasional.
“Saya apresiasi Universitas Trilogi yang salah satu program studinya berfokus pada upaya pengembangan agribisnis dan agroekoteknologi. Kita harapkan sektor pangan dan pertanian akan semakin berkembang dan berinovasi sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Pengembangan agribisnis berbasis teknologi penting untuk masa depan ketahanan pangan kita,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Arief juga menyampaikan bahwa Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) tidak bisa sendiri dalam membangun ketahanan pangan yang kuat. Butuh keterlibatan berbagai unsur yang melibatkan pentahelix di mana perguruan tinggi dan akademisi, asosiasi dan pelaku usaha, komunitas serta media bersama-sama pemerintah pusat dan daerah.
“Badan Pangan Nasional ini usianya baru dua tahun. Bapak Presiden mengamanatkan melalui regulasi hukum yang kuat berupa Perpres 66 Tahun 2021, dan juga Perpres 125 tahun 2022 yang men-drive penguatan cadangan pangan pemerintah. Untuk itu membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam implementasi di lapangan,” ujar Arief.
Arief menyerukan kepada seluruh hadirin untuk bersama-sama berkontribusi dalam pembangunan ketahanan pangan. Dimulai dari langkah-langkah sederhana seperti mengubah pola pangan yang boros pangan menjadi tidak boros pangan atau mubazir pangan, berbelanja bijak sesuai kebutuhan, hingga menerapkan pola pangan B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman).
“Makanan kita ini perlu diperhatikan agar tidak tersisa. Kita dorong terus agar kita semua membiasakan diri tidak boros pangan, jangan sampai kita mubazir karena dampaknya tidak hanya pada aspek ketahanan pangan tapi juga lingkungan karena menghasilkan sampah makanan dan juga banyak potensi ekonomi yang terbuang,” pungkasnya.