Adanya tren peningkatan produksi bawang merah pada daerah sentra produksi seperti di Brebes, Jawa Tengah harus didayagunakan dengan optimal. Fokus pemerintah dilakukan dengan menjaga harga produsen bawang merah, sehingga langkah ekspor jadi salah satu strategi yang ditempuh.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mendukung hal tersebut saat mengunjungi gudang dan cold storage bawang merah CV Surabaya Perkasa Sejahtera di Brebes, Jawa Tengah, pada Jumat (2/8/2024). Ia memastikan pemerintah hadir agar bawang merah hasil kerja keras petani termanfaatkan dengan baik.
“Tentunya sesuai tugas dari Bapak Presiden Joko Widodo, saya bersama Menteri Pertanian Bapak Amran Sulaiman, tugas kami menjaga harga di tingkat petani dan menyiapkan standby buyer. Bawang merah ini selain untuk pemenuhan konsumsi lokal, juga merupakan komoditas andalan ekspor. Jadi kalau sudah ada stoknya dan masih berlebih, kita harus lakukan ekspor,” katanya.
“Hari ini kita lihat bawang merah di sini sedang disiapkan untuk ekspor ke Thailand, Malaysia sampai Vietnam, dengan spesifikasi tertentu. Ini sangat baik. Di Brebes ini dilakukan grading dan sortasi menyesuaikan spesifikasi ekspor,” lanjutnya.
“Ini lagi disiapkan, seminggu bisa 7 kontainer. Tenaga kerja grading juga ada sampai 200 orang, ini karena grading-nya harus disesuaikan dengan kebutuhan ekspor,” tandasnya.
“Tentunya kita patut mengapresiasi Kementerian Pertanian yang terus berupaya meningkatkan produksi bawang merah. Terima kasih juga untuk para petani bawang merah di berbagai sentra produksi seperti di Bima dan Brebes ini, kualitasnya sudah bagus dan diminati pasar internasional,” tambah Arief.
NFA juga telah membangun komitmen bersama dalam kaitannya offtaker bawang merah. Komitmen yang ada telah sampai angka 12.500 ton. Ini dilakukan dengan merangkul BUMN pangan dan pemerintah daerah.
“Badan Pangan Nasional bersama Kementan, Pemprov Jateng, Bulog dan ID FOOD, senantiasa berupaya menjaga harga yang baik di tingkat petani. Jadi setelah ini akan dilakukan offtake kurang lebih 12.500 ton. Semoga setelah ini, tidak ada lagi harga bawang jatuh di tingkat petani. Jayalah petani Indonesia,” sebut Arief.
Adapun komitmen offtaker bawang merah tersebut berasal dari Perum Bulog sebesar 10 ribu ton, ID FOOD 2 ribu ton, dan BUMD Jawa Tengah 500 ton. Dengan itu, kalangan petani mendapatkan kepastian serapan hasil produksinya.
Menilik rilis Badan Pusat Statistik (BPS), terkait Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), di Juli pemerintah masih dapat menjaganya berada lebih dari 100 poin, yakni di 120,44. Capaian ini masih lebih tinggi dibandingkan awal 2024 yang saat itu berada di 117,39.
Sementara jika dilihat pada indeks harga yang diterima oleh petani sayur-sayuran, termasuk bawang merah, di Juli berada pada 155,27 dan masih cukup baik dibandingkan Januari 2024 yang berada di 147,68.
Lebih lanjut, terkait offtaker bawang merah yang telah disiapkan NFA, disepakati dengan harga pembelian sudah di gudang penyimpanan yakni Rp 16.000 per kilogram (kg). Namun ini tidak terbatas di Brebes saja, sehingga dapat menyasar ke daerah sentra produksi bawang merah lainnya.
Langkah ini turut melibatkan Champion Bawang Merah. Ke depannya akan diadakan perjanjian kerja sama antara BUMN pangan dengan Champion Bawang Merah, sehingga komitmen dapat lebih terlaksana dengan baik.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Dian Alex Chandra mengaku merasakan kepedulian dan kehadiran pemerintah dalam membantu petani. “Kami merasakan bersyukur, alhamdulillah. Ini adalah bentuk langkah nyata dari pemerintah. Pemerintah betul-betul hadir,” ujarnya.
“Alhamdulillah Badan Pangan Nasional sudah memfasilitasi pertemuan kami dengan berbagai stakeholder. Ada Bulog, ID FOOD. Kepedulian ini sangat kami apresiasi. Insya Allah lebih banyak yang diserap. Panen yang sangat melimpah ini, disimpan dulu di Bulog dan ID FOOD. Harga bisa terjaga. Kalau ada kekurangan pasokan (di pasar), bisa kita keluarkan,” pungkas Alex.