Ketersediaan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman sangat diperlukan untuk seluruh masyarakat Indonesia khususnya kelompok anak usia sekolah sebagai pelanjut generasi mendatang. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menekankan, dengan hadirnya Perpres 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, menjadi instrumen regulasi yang kuat untuk mengambil langkah-langkah aksi bersama,
“Kita punya Perpres 81 yang baru ditandatangani Bapak Presiden Joko Widodo tanggal 26 Agustus lalu. Ini tonggak penting yang menandai bahwa upaya kita untuk mencapai Indonesia Emas 2045 harus ditopang oleh keragaman sumber daya pangan yang tersebar di seluruh tanah air,” ujar Arief dalam Talkshow Hybrid dengan topik Ketersediaan Pangan Bergizi Menyongsong Pemerintahan Baru, pada Kamis (29/8/2024) di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta.
Menurut Arief, dalam menyongsong pemerintahan baru ke depan, fokus pada ketersediaan dan distribusi pangan yang berkualitas menjadi prioritas utama, “Kita harus memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang cukup terhadap pangan beragam dan bergizi, yang terjangkau hingga ke seluruh wilayah,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar IPB University Rachmat Pambudy menyampaikan bahwa sudah saatnya semua pihak memikirkan bukan saja kecukupan jumlah atau kuantitas pangan, namun juga kecukupan pangan yang bergizi menjadi membangun kualitas sumber daya manusia.
“Menjelang pemerintahan baru kita berkewajiban menyongsong Indonesia Emas 2045. Tidak ada cara lain kecuali memberi makan beragam bergizi seimbang dan aman,” ungkap Rachmat.
Sebagai komitmen terhadap penguatan pangan beragam dan bergizi, Badan Pangan Nasional menyasar anak sekolah melalui dua program yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2023, yaitu BGTS atau B2SA Goes to School dan GENIUS atau Gerakan Edukasi dan Pemberian Pangan Bergizi untuk Siswa.
Serangkaian kegiatan BGTS antara lain memberi edukasi pola makan B2SA, edugames pola makan B2SA, dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan menu B2SA kepada seluruh peserta didik yang hadir. Pada Tahun 2024, BGTS telah dilaksanakan di 380 sekolah di seluruh provinsi.
Sementara itu program GENIUS menyasar sekitar 17 ribu siswa di 92 SD yang tersebar di 30 kabupaten/kota di 10 provinsi. Dalam program tersebut dilakukan pemberian kudapan tinggi protein hewani seperti telur, ayam, ikan, daging sapi, dan susu dengan harapan terpenuhinya sekitar 20% AKP (Angka Kecukupan Protein) siswa SD. Selain itu, dibarengi dengan edukasi pangan dan gizi yang menekankan pentingnya sarapan dan kudapan yang sehat, serta stop boros pangan.
Adapun pola konsumsi pangan masyarakat masih relatif perlu diseimbangkan. Berdasarkan skor Pola Pangan Harapan (PPH), konsumsi padi-padian sebesar 1192 kkal/kap/hari atau sebesar 56,7 persen dari total AKE (Angka Kecukupan Energi). Jumlah ini masih melampaui target ideal yang ditetapkan yaitu 1050 kkal/kap/hari. Ini berarti konsumsi pangan sumber karbohidrat masih belum mencapai prinsip B2SA yang ideal.
Namun demikian, terjadi perubahan positif secara nasional, skor PPH mengalami peningkatan dari 92,9 pada tahun 2022 menjadi 94,1 pada tahun 2023. Hal ini juga ditunjukkan dari Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau Prevalence of Undernourishment (PoU) yang mengalami penurunan dari 10,21% pada 2022 menjadi 8,53% pada 2023.
Untuk itu, Arief menegaskan sinergi dan kolaborasi sebagai kunci dalam upaya menjaga ketahanan pangan secara berkelanjutan. “Selalu kita bicarakan mengenai pentingnya sinergi pentahelix yang terdiri dari lima unsur yang saling mendukung yaitu pemerintah pusat dan daerah, akademisi, asosiasi dan pelaku usaha pangan, komunitas dan organisasi masyarakat, serta media.