NFA Dorong Kerja Sama Antar Daerah untuk Jaga Harga Bawang Merah di Tingkat Produsen dan Konsumen

  • Corporate

Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendorong terbangunnya kolaborasi antar daerah dalam menjaga stabilitas harga bawang merah baik di tingkat petani maupun konsumen. Hal tersebut diungkapkan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam kunjungannya ke petani bawang merah pada Selasa (19/09/2023) di Brebes, Jawa Tengah.

“Kerja sama antardaerah harus terbangun untuk memastikan produk pangan seperti bawang merah dapat terserap oleh pasar sehingga stabilitas harganya juga terjaga. Karena itu, perlu pemetaan di setiap daerah terkait produksi dan kebutuhannya. Hari ini saya di Brebes melihat produksi bawang merah petani yang luar biasa. Ini perlu penyerapan yang baik sehingga harga di tingkat petani tidak anjlok.” ujar Arief.

Selain kerja sama antar daerah, Arief juga mendorong kolaborasi BUMN Pangan sebagai offtaker dan menyerap produksi petani dengan harga yang baik. Menurutnya, upaya ini penting dilakukan untuk melindungi petani bawang merah dari risiko kerugian dan menjaga petani tetap semangat untuk berproduksi.

“Kita membutuhkan para pelaku usaha dan BUMN di bidang pangan yang menyerap hasil petani dengan harga baik Jadi jika modalnya 11 ribu hingga 12 ribu jangan dibeli 10 ribu, jadi harus dibeli minimal 15 sampai 20 ribu. Di sini berlebih, bawang dijual 10 sampai 15.000 sedangkan di daerah lain harga bawang masih ada yang di atas 30.000 artinya ini potensi yang baik untuk membangun kerja sama antara daerah dengan peran kuat dari pelaku usaha dan juga BUMN pangan, jadi petani kita haru bantu sehingga harganya juga wajar.” ungkapnya.

Arief juga menekankan pentingnya nilai tambah produk bawang merah sehingga memiliki daya saing yang baik di pasaran. Karena itu, pihaknya mendukung produk-produk turunan bawang merah yang dikelola oleh kelompok tani untuk terus dikembangkan.

“Saya melihat potensi pengembangan komoditas bawang merah Brebes sungguh luar biasa. Kita mendorong hilirisasi bawang merah dengan meningkatkan added value melalui produk turunan seperti bawang goreng, bawang krispy, tepung bawang merah hingga diolah menjadi pasta sehingga berkembang dan memberi manfaat lebih kepada peningkatan kesejahteraan petani.” ujar Arief.

Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Dian Alex Chandra mendukung upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas bawang merah dengan mengoptimalkan peran BUMN pangan sebagai offtaker.

“Pemerintah bisa menunjuk BUMN pangan untuk menyerap hasil panen petani pada saat harga jatuh, silakan di kerjasamakan dengan ABMI karena kita tahu daerah mana yang surplus daerah mana yang minus sehingga di daerah yang surplus itu kita beli untuk ditampung dengan harga di atas harga pokok produksi jadi petani tidak dirugikan dan and user atau konsumen juga membeli tidak terlalu mahal pada saat kosong ataupun langka.” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Arief yang juga meninjau fasilitas Cold Storage bawang merah yang dikelola Kelompok Tani Sidomakmur Wanasari di Brebes, Jawa Tengah mengatakan, teknologi penyimpanan produk pangan khususnya yang memiliki masa simpan pendek seperti bawang merah sangat penting dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga. “Kenapa cold storage ini penting, karena fungsinya menyimpan pada saat panen dan harganya jatuh, apalagi bawang merah ini kan perishable sehingga dengan itu bisa tersimpan lebih lama namun kualitasnya tetap terjaga.” ujar Arief.

Ketua Kelompok Tani Sidomakmur Juwari mengakui dengan adanya fasilitas Cold Storage tersebut, produk bawang merahnya dapat tersimpan dengan baik, “Terima kasih kepada Badan Pangan Nasional yang memberikan bantuan berupa cold storage untuk menyimpan bawang merah pada saat bertumpuk dan harganya murah. Kami simpan di tempat seperti ini penyusutannya hanya 5 persen per bulan, sementara kalau disimpan di petani itu susutnya mencapai 30 persen. Ini luar biasa dan kami bisa menahan stok atau tunda jual, sehingga ketika pada waktunya bisa dikeluarkan.” ungkapnya

Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2022 NFA telah memfasilitasi sarana prasarana logistik pangan antara lain berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer di 9 provinsi sentra produksi, dan tahun ini akan terus dilanjutkan di 8 provinsi sentra konsumen. NFA juga secara kontinyu melakukan pendataan jumlah dan lokasi gudang logistik serta cold storage yang dimiliki oleh BUMN dan kalangan swasta. Ini penting untuk semakin memudahkan koordinasi pendistribusian dan penyimpanan bahan pangan.

“Program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) juga akan terus kami akselerasi, melalui kerja sama dengan BUMN, asosiasi, petani, dan pemerintah daerah. Ini dilakukan untuk menjaga harga komoditas tetap wajar di semua tingkatan. NFA turut berkontribusi dengan memberikan subsidi untuk biaya transportasi pada pelaksanaan program tersebut,” pungkas Arief.

Program FDP dilaksanakan berupa penggantian biaya distribusi agar harga di wilayah produsen sama dengan wilayah konsumen. Mobilisasi pangan dilakukan agar pasokan di wilayah defisit bertambah dan tersedia dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Adapun berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Periode Januari sampai Desember 2023, perkiraan produksi dalam negeri untuk bawang merah di angka 1,3 juta ton dengan stok awal tahun 2022 terdapat 80 ribu ton. Sementara itu, untuk total kebutuhan tahunan bawang merah diperkirakan sekitar 1,2 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 100 ribu ton.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *