YOGYAKARTA – Stabilisasi dan ketersediaan pangan nasional harus ditopang oleh ekosistem pangan yang kuat serta kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) agar tidak menimbulkan tergantungan pada satu komoditas pokok saja. Berangkat dari kondisi tersebut, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan gerakan Pangan B2SA Goes to Campus perdana yang ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak, Jumat, (23/09/2022), di Yogyakarta.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, Gerakan Pangan B2SA Goes to Campus akan mencakup kegiatan kampaye, promosi dan edukasi pangan B2SA, pengembangan menu B2SA pada kantin kampus, merdeka belajar melalui pendampingan kegiatan B2SA oleh mahasiswa, peningkatan kapasitas SDM keamanan pangan, dan pengawasan terpadu keamanan pangan segar. Secara garis besar, ruang lingkup kerja sama ini meliputi dua bidang yang menjadi tupoksi NFA, yaitu penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan mutu pangan.
“Berdasarkan Perpres Nomor 66 Tahun 2021, Badan Pangan Nasional melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pangan, diantaranya penganekaragaman konsumsi dan keamanan mutu pangan,” kata Arief.
Digandengnya UGM dalam pelaksanaan program ini, menurut Arief, tidak terlepas dari kontribusi dan sejarah panjang UGM dalam hal penelitian, kajian, dan rekomendasi tentang pangan dan ketahanan pangan. “Ini merupakan Gerakan B2SA Goes to campus perdana. Selama ini UGM sangat dekat dengan Badan Pangan Nasional. Banyak sekali hasil penelitian, kajian dan rekomendasi dari UGM yang sangat membantu kami memastikan ketahanan pangan nasional,” ungkapnya.
Selain itu, kekuatan civitas akademika UGM menjadi faktor penorong yang diharapkan dapat semakin memasyarakatkan B2SA sebagai sebuah gerakan ketahanan pangan nasional. “UGM memiliki jumlah mahasiswa dan alumni yang telah tersebar serta berprestasi di berbagai bidang. Terbukti, UGM selalu mencetak pemimpin bangsa dan tokoh berkelas dunia dari tahun ke tahun. Diharapkan melalui kerja sama dengan civitas UGM, gerakan B2SA akan semakin masif dan memasyarakat, khususnya di kalangan generasi muda, yaitu gen millennials dan gen z,” ungkapnya.
Kerja sama ini, menurut Arief, merupakan momentum untuk mensosialisasikan pentingnya pangan B2SA bagi generasi muda di era bonus demografi. Ia mengajak agar mahasiswa turut mempromosikan gerakan B2SA agar gerakan ini bukan hanya menjadi slogan tetapi juga lifestyle baru.
“Kami mengapresiasi UGM sebagai kampus yang menerapkan pola konsumsi B2SA. Kami yakin MoU dan gerakan ini akan diimplementasikan dengan baik melalui program yang konkrit dan terukur, sehingga UGM menjadi episentrum gerakan B2SA kampus nasional,” ujarnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, upaya kolaborasi ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk memperkuat kolaborasi antara stakeholder pangan di tengah ancaman krisis pangan.
Badan Pangan Nasional tidak dapat bekerja sendiri dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu, kami perkuat kolaborasi dengan sektor pentahelix, yang terdiri dari Academics, Business, Government, Community and Media. Salah satunya dengan UGM sebagai bagian entitas akademis.
Sementara itu, Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia mengatakan, gerakan B2SA yang di canangkan NFA sejalan dengan semangat UGM untuk berperan dan menjawab tantangan kebutuhan pangan di Indonesia. Pasalnya, ketahanan sangat erat kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia yang unggul untuk menopang pembangunan nasional.
Ia menjelaskan, komitmen UGM dalam penguatan sektor pangan, salah satunya, dimaknai dalam momentum Dies Natalis ke-73 dengan menetapkan tema “Pangan Berdaulat, Bangsa Bermartabat” serta penandatanganan kerja sama gerakan pangan B2SA Goes to Campus dengan NFA.
“Dies Natalis ke-73 menjadi momentum untuk menggelorakan semangat kreatifitas dan inovasi dalam bidang pertanian dan pangan dengan memperhatikan sisi pengelolaan maupun aspek ekologis keberlangsungan pertanian,” tambahnya.
Adapun sesuai data prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau Prevalence of Undernourishment (PoU) masih terdapat 23,1 juta jiwa (8,49%) penduduk Indonesia yang mengkonsumsi kalori kurang dari standar minimum untuk hidup sehat aktif dan produktif. Demikian pula dari sisi kualitas konsumsi pangan, di mana skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2021 sebesar 87,2 dari targetnya 91,6. Namun demikian, angka kecukupan energi 102,1 persen, hal tersebut menunjukan konsumsi masyarakat masih disominasi karbohidrat.