Semarang, Idola 92.6 FM – Pemerintah beberapa waktu lalu resmi meluncurkan Holding BUMN Pangan dengan mengusung nama ID Food. Holding BUMN Pangan diharapkan menghadirkan eksosistem sektor pangan yang solid. Sebab, sektor pangan Indonesia masih menyisakan berbagai macam tantangan yang membuat RI tertinggal dari sejumlah negara tetangga mulai dari masalah pasokan dan permintaan hingga kesejahteraan pada para petani, peternak, dan nelayan.
Pembentukan Holding Pangan diharapkan bisa mendorong tercapainya tujuan mendukung ketahanan pangan, inklusivitas bagi petani, dan menjadi perusahaan pangan kelas dunia. Holding BUMN Pangan juga diharapkan berperan dalam pembentukan ekosistem di sektor pangan yang lebih baik karena arah utama ID Food yakni memperkuat ekosistem pangan nasional dari hulu hingga hilir.
ID Food merupakan gabungan tujuh BUMN yang bergerak di sektor pangan serta dua BUMN yang memiliki lini usaha perdagangan dan logistik. BUMN-BUMN itu yakni: PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sebagai Holding pangan, dan memiliki 5 Anggota diantaranya PT Sang Hyang Seri (SHS), PT Garam, PT Perikanan Indonesia, PT Berdikari, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).
Lantas, seperti apakah persisnya bentuk platform dan cara kerja ID Food, sehingga digadang-gadang dapat memperkuat ekosistem pangan nasional dari hulu sampai hilir? Bagaimana bisa entitas baru ini diyakini mampu menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan di dalam negeri?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Arief Prasetyo Adi (Dirut ID Food dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)); Prof Bustanul Arifin (Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI)); dan Marenda Ishak S (Pengamat Pertanian dari Universitas Padjadjaran Bandung). (her/yes/ao)