Masifkan Penganekaragaman Pangan, NFA Sasar Ibu dan Anak melalui Dapur B2SA dan B2SA Goes To School

Gerakan penganekaragaman pangan dengan menyasar ibu dan anak melalui sosialisasi Dapur B2SA (Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman) dan B2SA Goes To School merupakan solusi konkret jangka menengah yang dapat dilakukan untuk menciptakan ketahanan pangan bagi masing-masing keluarga sehingga terwujudnya keluarga yang sehat, aktif, dan produktif.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menilai upaya mengubah pola konsumsi pangan yang lebih beragam serta membudayakan pola konsumsi pangan B2SA dengan memberikan edukasi kepada ibu rumah tangga dan anak usia dini sangat tepat dilakukan mengingat peran yang dimiliki sangat penting dalam keluarga.

“Peran ibu rumah tangga menjadi sangat penting dalam upaya penanganan stunting di Indonesia melalui kegiatan Dapur B2SA, tentunya ini merupakan sasaran yang sangat baik. Pasalnya, ibu merupakan sosok yang biasanya mengurus makanan keluarga sehari-hari,” ucap Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulis, Rabu (20/12/2023).

Arief mengatakan lembaga yang ia pimpin akan terus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penerapan diversifikasi pangan. Ini penting untuk mulai mengurangi ketergantungan khususnya terhadap beras, dan mulai menyukai olahan pangan sumber karbohidrat lain seperti sagu, sorgum, singkong, dan lain sebagainya. Selain itu, Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah.

“Keragaman sumber daya pangan kita itu besar sekali, dan harus kita optimalkan. Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu. Hal ini tentu merupakan sebuah anugerah yang harus dimanfaatkan dan terus di gali potensinya, ” beber Kepala NFA.

“Sumber pangan lokal di Indonesia itu sangat berlimpah. Seperti baru-baru ini kami berkunjung ke daerah Indonesia Timur, di Timika. Di sana ibu-ibu suka petatas atau semacam ubi jalar. Lalu ada pula kasbi yang seperti singkong. Itu sumber karbohidrat yang cukup mengenyangkan. Kelor dan bunga pepaya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dan banyak lagi. Kearifan pangan lokal seperti ini yang harus kita terapkan dan mulai dibiasakan,” tambahnya.

Diversifikasi pangan ini juga merupakan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta adanya variasi pangan sebagai konsumsi masyarakat. Dengan banyaknya pilihan pangan bagi masyarakat, ketergantungan konsumsi sumber karbohidarat pada beras lambat laun akan berkurang. Potensi sayur dan buah lokal juga diharapkan ikut diangkat agar melahirkan inovasi-inovasi produk dari potensi sumber pangan lokal tersebut.

Mencermati pada data yang dihimpun oleh NFA, berdasarkan hasil pengukuran skor PPH, jumlah konsumsi padi-padian tahun 2022 sebesar 304,6 gram/kap/hari, jumlah tersebut jauh lebih melampaui dari target ideal yang ditetapkan yaitu 289 gram/kap/hari. Namun, konsumsi sumber protein asal hewani sebesar 126 gram/kap/hari, jumlah tersebut masih lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu 157 gram/kap/hari. Sama halnya dengan konsumsi sayur dan buah, pada tahun 2022 sebesar 237,5 gram/kapita/hari, jumlah tersebut juga masih lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu 262 gram/kapita/hari.

Lebih lanjut, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA Andriko Noto Susanto, mengatakan diperlukan upaya mengubah pola konsumsi pangan masyarakat melalui edukasi/kampanye dan sosialisasi konsumsi pangan B2SA dalam mendukung terwujudnya generasi emas Indonesia yang berkualitas, sehat, aktif dan produktif.

“Kualitas konsumsi pangan masyarakat saat ini sudah membaik, menurutnya capaian ini sudah menuju kata ideal, dengan pencapaian skor PPH nasional berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Badan Pusat Statistik (BPS) pada maret tahun 2023 sebesar 94,1. Ia menyebut salah satu upaya untuk meningkatkan PPH ideal yakni dengan meningkatkan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani dan kacang-kacangan,” ungkap Andriko.

“Dapur B2SA yang merupakan komponen dari Rumah Pangan B2SA merupakan tempat dimana dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi bagi ibu dan anak untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara memberikan makanan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada penerima manfaat, yaitu anak yang tergolong stunting sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 6 bulan,” tambah Andriko.

Andriko menyampaikan, selama ini NFA telah melaksanakan berbagai upaya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye pola konsumsi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Sampai November, NFA telah laksanakan program ‘B2SA Goes To School’ di 128 sekolah yang tersebar di 32 provinsi dan program ‘Desa B2SA’ yang telah dihadirkan di 70 lokasi pada 33 provinsi.

“Diversifikasi pangan itu wajib untuk terus kita bangkitkan. Ini karena sebagai landasan ketahanan pangan dan juga mendorong kemandirian pangan. Apabila telah tercapai, nanti akan dapat pula mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan. Mari terus bahu membahu dan bergotong royong dalam menyelesaikan tantangan diversifikasi pangan ini,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *