JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi, menjadi salah satu pembicara dalam diskusi “Menguji Kredibilitas Data Pangan Pemerintah dan Realitas Ketahanan Pangan Nasional” yang digelar Nagara Institut, Kamis, (22/12/2022), di Jakarta. Dalam diskusi yang dipandu oleh tokoh publik Akbar Faizal dan menghadirkan sejumlah pembicara tersebut, Arief memenyampaikan berbagai program NFA, diantaranya terkait sinkronisasi data pangan, penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), penerapan teknologi pangan, serta upaya menyeimbangkan hulu dan hilir.
Terkait pendataan pangan, Arief menjelaskan, NFA bersama Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan sinkronisasi data dan sepakat menggunakan satu data dari BPS. Langkah tersebut guna memastikan dan menjaga akurasi arah kebijakan pangan nasional. Guna melakukan validasi data di lapangan, pada Desember ini akan dilakukan survey oleh NFA, BPS, Kementan, dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengetahui jumlah dan sebaran stok beras yang ada di Indonesia.
“Survey ini penting, selain untuk mengetahui data riil sebaran stok beras nasional, juga untuk menentukan berapa stok beras yang akan di-carry over ke tahun 2023. Kolaborasi pendataan dan sistem satu data pangan ini dapat menjadi bekal untuk mempersiapkan pengelolaan pangan yang lebih baik di tahun mendatang,” ujarnya.
Dalam rangka pembenahan tata kelola pangan di tahun 2023, Arief juga menekankan pentingnya inovasi dan penerapan teknologi pangan. “Kami telah mulai dengan menyalurkan 18 unit fasilitas rantai dingin berupa cold storage, het pum dryer, air blast freezer, dan reefer countainer, ke sentra produksi pangan di 8 provinsi. Kita mulai dengan teknologi rantai dingin, karena itu sarana penting untuk memperpanjang masa simpan produk agar kita bisa melakukan management stock,” jelasnya.
Sementara itu, Pakar Perkebunan dan Pertanian Agus Pakpahan menyoroti mengenai pengembangan industri pengolahan hilir yang harus terus didorong untuk menjaga keberlanjutan dan daya saing. Saat ini, trend harga komoditas pertanian secara umum menurun, namun, penurunan harga bahan baku komoditas pertanian belum berkolerasi dengan penguatan industri pengolahan di hilir.
“Inovasi dan teknologi baru terkait pangan harus dikembangkan. Inovasi adalah kunci penyelesaian masalah,” ucapnya.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri yang hadir mewakili asosiasi mengatakan, ketahanan pangan dapat diwujudkan apabila terjadi kesinambungan program dari mulai peningkatan produktivitas, penyerapan, hingga distribusi dan hilirisasi. Dalam hal ini, Badan Pangan Nasional memiliki peran penting dan menjadi tumpuan.
Saat menyampaikan penutup, Arief mengaku sangat antusias dan berterima kasih atas diskusi dan berbagai masukan yang disampaikan dalam forum tersebut. “Banyak sekali hal yang saya catat sekaligus dipikirkan bagaimana mengeksekusinya, ini tentunya juga menjadi kerja bersama seluruh stakeholder pangan dalam rangka mewujudkan pengelolaan pangan yang lebih baik kedepan,” ungkapnya.
Turut hadir dalam forum tersebut, Pengamat Pangan Khudori, perwakilan BRIN, Perum BULOG, YLKI, dan HKTI.