Kesinergisan dalam ekosistem pangan nasional yang mencakup konektivitas sejak proses di hulu sampai hilir perlu dicapai melalui kolaborasi bersama stakeholder terkait. Hal tersebut mengemuka dalam rapat koordinasi bersama Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional, Perum Bulog, ID FOOD, PTPN, dan Pupuk Indonesia, pada Jumat (20/9/2024) di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam kesempatan tersebut menyambut baik forum ini dan menyampaikan eksplikasi tentang beberapa gagasan yang dibutuhkan dalam penguatan ekosistem pangan nasional. Arief kemukakan komitmennya terhadap program dan kebijakan pemerintahan selanjutnya, terutama di bidang pangan, memerlukan penerapan strategi yang dikerjakan secara kolaboratif dan holistik.
“Kebangkitan pangan nasional di 2025 mari kita rencanakan secara bersama, karena ini sangat penting. Kami di Badan Pangan Nasional bersama BUMN pangan, tentunya Bapak Menteri BUMN juga, akan mendukung semua kebijakan pemerintahan depannya. Kita semua bersama Bapak Menteri Pertanian, siap berkolaborasi untuk menyukseskan program Bapak Presiden Joko Widodo dan melanjutkan Bapak Prabowo ke depan, yang menaruh perhatian besar pada sektor pangan dan pertanian,” kata Arief.
“Yang pertama, kita perlu benih yang berkualitas. Untuk itu, ID FOOD dan SHS telah kita siapkan dan pastikan benih dari SHS adalah benih terbaik. Selanjutnya Bulog telah ditugaskan untuk tambahan penyerapan beras dalam negeri sampai 600 ribu ton sampai akhir tahun 2024. Dryer juga penting disiapkan, karena tahun depan saat produksi beras oleh Kementan berlimpah, kita perlu dryer. Jadi kita bicara secara end to end. Produksi di hulu ditingkatkan, hilirnya pun kita siapkan,” lanjutnya.
Mengenai realisasi penyerapan beras dalam negeri oleh Bulog, sampai tengah September 2024 ini, total telah mencapai 882 ribu ton. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, capaian ini mengalami peningkatan yang cukup impresif. Realisasi selama Januari sampai Agustus 2023 tercatat di 803 ribu ton. Namun di periode yang sama tahun ini telah berada di angka 828 ribu ton.
“Kemudian Pupuk Indonesia selain memasok pupuk, juga ada aplikasi teknologi pemupukan menggunakan drone. Ini perlu eskalasi terus menerus karena untuk luas tanam yang semakin bertambah, harus ada percepatan pekerjaan dengan teknologi. Mimpi kita itu kultivasi sudah siap, kemudian nanti planter jalan dan pemupukan pakai drone. Jadi semuanya mulai dari produksi mesti dipikirkan holistik end to end,” imbuh Arief.
“BUMN pangan harus selaras dengan yang dikerjakan Kementan. Kemudian selama ini dari input sampai hilir semuanya sudah ada dan akan bertambah dengan Badan Gizi Nasional melalui program MBG (Makan Bergizi Gratis). Saya meyakini tidak ada lagi peternak yang buang telur atau ayam dan ekonomi pedesaan akan bergerak, jika produksi petani peternak kita terserap dengan baik melalui program pemerintah,” tambahnya.
Adapun NFA pun selama ini bersama ID FOOD telah memberikan stimulus bagi kalangan peternak unggas berupa program bantuan pangan penanganan stunting kepada 1,4 juta keluarga. Dengan adanya program ini yang turut menyasar wilayah di luar Pulau Jawa, dapat menggerakkan peternak unggas lokal di daerah sasaran dan tidak mengandalkan pasokan daging ayam dan telur dari Pulau Jawa saja. Realisasi per 19 September, total telah capai 3,8 juta paket bantuan pangan yang telah disalurkan untuk alokasi 4 bulan.
“Kita juga perlu meluaskan penggunaan cold storage. Apabila produksi dari sektor unggas meninggi, storage ini bisa jadi solusi dan disebar ke seluruh Indonesia. Dengan kapasitas 20 ton, tapi kalau di tiap desa punya itu, maka akan membantu masyarakat memiliki stok ayam dalam bentuk karkas dan frozen condition. Jadi ini merupakan upaya pemerintah memperkuat masa simpan pangan pokok bagi masyarakat,” jelas Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
“Dengan hari ini kita kumpul di sini, semuanya bekerja untuk kemandirian pangan. Kita harus pindahkan ekonomi yang di Vietnam atau Thailand ke Indonesia. Beras yang kalau impornya 3 juta ton, bisa Rp 30 Triliun, itu yang kita pindahkan ke Indonesia. Jadi mari kita bangun ekosistem pangan nasional dengan seluruh pihak berkolaborasi dan niscaya end to end akan kita dapat,” pungkasnya.
Mentan Andi Amran Sulaiman pun mengamini strategi kolaborasi yang harus terus diusung ke depan. Mentan Amran menekankan bahwa untuk mencapai cita-cita Indonesia sebagai lumbung pangan dunia, seluruh stakeholder dari hulu hingga hilir berkolaborasi. Tidak bisa bergerak sendiri-sendiri.
“Ini keluarga besar untuk pangan, dari hulu ke hilir, kita ketemu. Dan ke depan kami mungkin secara rutin rapat dengan keluarga besar pangan, sehingga Insya Allah lumbung pangan atau swasembada akan kita raih. Sukses untuk mencapai mimpi tidak bisa berdiri sendiri, itu harus kolaborasi dari hulu hilir, semua pihak harus lakukan. Tidak boleh bergerak sendiri-sendiri, tapi harus kolaborasi,” ujar Mentan Amran.