Jaga Keseimbangan Harga Bawang Merah, NFA Bangun Kolaborasi Untuk Serap Produksi Petani

Dalam menjaga keseimbangan harga bawang merah baik di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendorong penyerapan produksi petani dengan mengoptimalkan peran BUMN Pangan sebagai offtaker. Selain itu, NFA juga mendorong kolaborasi dengan asosiasi dan swasta seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) untuk menyerap hasil panen petani bawang merah di beberapa wilayah.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan upaya ini penting dilakukan untuk melindungi petani bawang merah dari risiko kerugian dan menjaga petani tetap semangat untuk berproduksi. “Kita upayakan bersama, bahwa hasil produk para petani ini dapat terserap dengan baik oleh pasar. Karena itu, kita dorong kolaborasi bersama BUMN pangan, HIPMI, dan ABMI untuk berkomitmen menyerap bawang merah petani pada panen raya ini. Tentunya ini untuk membantu para petani kita agar tidak merugi, tetap berproduksi, dan menjaga psikologis pasar,” ujar Arief dalam keterangan tertulisnya pada Senin (28/08/2023) di Jakarta.

Perlu diketahui, harga bawang merah konde basah di tingkat petani Kabupaten Nganjuk menyentuh level Rp 11.000-13.000/kg dengan estimasi luas panen bawang merah pada Juli-Desember 2023 sekitar 5.000 hektar dan provitas rata-rata mencapai 15 ton/ha. Angka tersebut berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) bawang merah di tingkat produsen sebesar Rp 18.500-20.000/kg sebagaimana diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 11 Tahun 2022.

Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar produktivitas dan pendapatan para petani bawang merah dapat selalu terjaga dengan memastikan adanya offtaker untuk kepastian harga bagi petani, NFA akan terus memprioritaskan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bawang merah pada sentra-sentra produksi, terutama di masa panen raya seperti saat ini.

“Penyiapan offtaker bawang merah dari BUMN pangan maupun swasta untuk menyerap produksi nasional merupakan langkah mitigasi yang kita lakukan, sehingga para sedulur petani kita tidak berhenti berproduksi karena ada kepastian pasar,” ujar Arief.

Selain itu, mengingat bawang merah termasuk komoditas pangan perishable atau mudah rusak sehingga memerlukan cold storage yang memadai sebagai bagian dari sistem rantai pasok dingin dan ini dilakukan agar dapat memperpanjang masa simpan produk pangan. Karena itu, Arief mendorong hasil panen bawang merah ini agar dapat disimpan dalam rangka penguatan cadangan pangan, sehingga dapat digunakan untuk stabilisasi pasokan dan harga bawang merah di daerah-daerah defisit atau mengalami kelangkaan pasokan.

“Kami upayakan bersama BUMN, BUMD, dan para pelaku usaha untuk menyerap hasil panen petani bawang merah sesuai HAP untuk disimpan dalam cold storage dan reefer container yang sudah kita siapkan. Kalau sudah distok, sudah punya cadangan, tapi masih lebih lagi, kita dorong ekspor,” imbuhnya. Arief mengatakan ekspor bawang merah memang sudah dan akan terus dilanjutkan oleh offtaker swasta dengan tujuan ke beberapa negara tetangga antara lain Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2022 NFA telah memfasilitasi sarana prasarana logistik pangan dengan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40%, antara lain berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer di 9 provinsi sentra produksi, dan tahun ini akan terus dilanjutkan di 8 provinsi sentra konsumen. NFA juga secara kontinyu melakukan pendataan jumlah dan lokasi gudang logistik serta cold storage yang dimiliki oleh BUMN dan kalangan swasta. Ini penting untuk semakin memudahkan koordinasi pendistribusian dan penyimpanan bahan pangan.

“Program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) juga akan terus kami akselerasi, melalui kerja sama dengan BUMN, asosiasi, petani, dan pemerintah daerah. Ini dilakukan untuk menjaga harga komoditas tetap wajar di semua tingkatan. NFA turut berkontribusi dengan memberikan subsidi untuk biaya transportasi pada pelaksanaan program tersebut,” pungkas Arief.

Program FDP dilaksanakan berupa penggantian biaya distribusi agar harga di wilayah produsen sama dengan wilayah konsumen. Mobilisasi pangan dilakukan agar pasokan di wilayah defisit bertambah dan tersedia dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat.

Adapun berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional Periode Januari sampai Desember 2023, perkiraan produksi dalam negeri untuk bawang merah di angka 1,3 juta ton dengan stok awal tahun 2022 terdapat 80 ribu ton. Sementara itu, untuk total kebutuhan tahunan bawang merah mencapai 1,2 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 100 ribu ton.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *