Andil komoditas pangan terhadap pergerakan inflasi nasional senantiasa menjadi fokus Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA). Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan salah satu kunci menanggulangi amplifikasi tingkat inflasi adalah secara berkesinambungan pemerintah menjaga keseimbangan yang baik dan wajar di semua lini rantai pasok, terutama komoditas pangan yang sifatnya bergejolak (volatile food).
“Di Januari 2024, inflasi beras semakin terjaga dengan baik dan tidak sampai melonjak seperti September tahun lalu. Inflasi volatile food kita juga menurun secara bulanan. Lalu yang patut kita syukuri, NTP (Nilai Tukar Petani) terutama tanaman pangan kian bertumbuh positif. Ini bukti pemerintah selalu menjaga keseimbangan yang baik dan wajar di semua lapisan rantai pasok pangan,” ujar Arief di Jakarta, Minggu (4/2/2024).
“Concern pemerintah itu mulai dari tingkat petani, pemasok sampai konsumen. Pembangunan ekosistem pangan tidak bisa berat sebelah karena harus seimbang. Keseimbangan adalah keniscayaan agar semua lini tidak terjadi gejolak berlebih. Kita bisa lihat NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) sejak triwulan akhir 2022, indeksnya selalu diatas 100,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, perkembangan indeks NTP menandakan bahwa nilai uang yang diterima petani dari produksi pertaniannya sama dengan nilai biaya yang dikeluarkan petani dalam memproduksi tanaman pangan. Semakin besar keuntungan yang diterima, tentu berimbas pada kesejahteraan petani yang kian membesar. Torehan NTTP yang melebihi indeks 100 mengindikasikan bahwa kesejahteraan petani mulai menanjak.
Berdasarkan historis data dari Badan Pusat Statistik (BPS), mulai Oktober 2022 NTPP tercatat mulai bangkit melampaui angka 100. Saat itu, NTPP ditetapkan 100,41 dan semakin bertumbuh selama tahun 2023. Indeks rerata NTTP setahun penuh selama 2023 ada di 107,63 dengan capaian indeks tertinggi pada Oktober 2023 di 114,55. Terkini, NTPP di Januari 2024 berada di 116,16.
“Pertumbuhan NTPP seperti ini mengartikan sedulur petani tanaman pangan semakin sejahtera. Langkah importasi yang dilakukan pemerintah tidak begitu berdampak negatif. Ini karena kita memastikan importasi yang dilakukan adalah importasi yang terukur dan sesuai kalkulasi, serta hanya dipergunakan untuk pelaksanaan program pemerintah saja,” urai Arief.
“Kemudian dalam mengendalikan inflasi komponen volatile food, Badan Pangan Nasional tidak pernah surut melaksanakan berbagai strategi. Ini tentu dilakukan secara kolaboratif bersama banyak pihak. Jangan lupa, inflasi Indonesia tahun lalu pernah memperoleh predikat salah satu capaian yang terbaik dibandingkan berbagai negara,” ungkapnya.
Menurut BPS, dalam komparasi tingkat inflasi secara tahunan antar negara di rentang Desember 2022 sampai November 2023, Pakistan menjadi negara yang mengalami tingkat inflasi tertinggi, yaitu sebesar 29,23 persen. Selanjutnya inflasi yang dikomparasikan antara lain Afrika Selatan di 5,50 persen, Brasil di 4,68 persen, Filipina di 4,10 persen, Inggris di 3,90 persen, Vietnam di 3,45 persen, Amerika Serikat di 3,10 persen, dan Indonesia yang tercatat 2,86 persen.
Lebih lanjut, inflasi volatile food dilaporkan mengalami penurunan. Pada Januari 2024, inflasi volatile secara bulanan 0,01 persen dengan andil inflasi yang sangat kecil. Ini menurun dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 1,42 persen. Tingkat inflasi ini didukung terutama dikarenakan peningkatan pasokan komoditas aneka cabai seiring adanya perbaikan produksi dan turut tertahan salah satunya oleh inflasi beras.
Ke depannya, NFA akan terus menggulirkan berbagai program strategis dalam mendukung kestabilan pasokan dan harga pangan di Tanah Air. Dalam mendukung penguatan ketersediaan dan stabilisasi pangan wilayah sentra produsen, sebanyak 30 unit sarana dan prasarana (sarpras) rantai dingin (cold chain) berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer telah ditempatkan pada 12 provinsi. Di tahun ini, NFA menargetkan tambahan sarpras cold chain sebanyak 13 unit.
Dengan menggandeng pemerintah daerah, operasi pasar murah melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) terus menerus diadakan. Dari permulaan tahun ini sampai 31 Januari, GPM telah dilaksanakan sebanyak 429 kali yang tersebar luas di 85 kabupaten kota. Kemudian mulai awal Februari 2024 ini, per 1 Februari, GPM dijadwalkan akan digelar sebanyak 120 kali diiringi pula dengan target gelontoran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke semua lini pasar sebanyak 200 ribu ton tiap bulannya.
Untuk program SPHP jagung pakan yang disalurkan ke para peternak akan konsisten dilaksanakan. Realisasi per 2 Februari telah menyentuh angka 121.836.339 kilogram (kg) dari pagu sejumlah 195.475.170 kg. Daerah target penyalurannya meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta dan Banten, Lampung, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Kalimantan Timur.
NFA juga akan menggalakkan program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) sepanjang tahun 2024 ini. Total target komoditas pangan yang akan difasilitasi mobilisasinya minimal dapat mencapai 1.250 ton guna dapat membantu wilayah yang mengalami defisit terhadap pangan strategis. Pemerintah daerah dapat menggunakan FDP ini demi menjaga kemapanan pangan di wilayahnya masing-masing.