Upaya pemerintah dalam menjaga ekosistem peternakan unggas dilakukan melalui integrasi secara horizontal dengan menghubungkan peternak skala kecil dengan level korporasi sebagai integrator. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) pun mendorong adanya keterhubungan hasil peternak unggas dengan program unggulan pemerintah dan hilirisasi peternakan.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menuturkannya saat menyaksikan seremoni chick in ayam broiler dengan populasi 45 ribu Day Old Chick (DOC) di Sekolah Vokasi (SV) Institut Pertanian Bogor (IPB), Sukabumi, Jawa Barat pada Kamis (28/11/2024). Dalam hal ini, SV IPB berkolaborasi dengan Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN) dan Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia (SASPRI) yang turut menggandeng PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
“Hari ini menyaksikan ada sekitar 45 ribu DOC yang memang dipersiapkan nanti dalam 35 hari ke depan akan dipanen. Ini memang sudah seharusnya kita membentuk dalam skema integrasi horizontal. Jadi nanti bersama KPUN akan mendidik peternak rakyat, agar mereka bisa mandiri. Kemudian nanti para peternak dibantu oleh integrator besar seperti PT Japfa,” jelas Arief.
“Saya pun menyarankan agar bisa link kepada program yang sangat baik dari Bapak Presiden Prabowo seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG). Ini langkah yang benar dalam mengkolaborasikan antara yang besar dan kecil. Kita tidak mengecilkan yang besar, tapi membesarkan yang kecil bersama-sama. Mudah-mudahan apa yang kita upayakan bisa membantu mensejahterakan peternak-peternak skala kecil Indonesia,” tambahnya.
Komitmen NFA dalam membantu kalangan peternak unggas telah dibuktikan dengan implementasi program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan melalui Perum Bulog. Di November 2023, peternak unggas kesulitan memperoleh jagung pakan dengan harga yang baik. Untuk itu, program SPHP jagung digelontorkan hingga mencapai distribusi 303 ribu ton.
NFA pun turut mendukung mobilisasi jagung hingga 1.898 ton dari Nusa Tenggara Barat kepada peternak unggas yang dilakukan secara Business to Business (B2B). Skema B2B ini dilaksanakan bersama Bulog berkolaborasi dengan kelompok peternak unggas di Blitar, Jawa Timur. Ini menimbang Blitar sebagai salah satu sentra produsen telur nasional. NFA berperan sebagai penjembatan komunikasi dalam skema B2B tersebut.
Selain itu, NFA menugaskan ID FOOD melalui Kementerian BUMN untuk menyalurkan bantuan pangan pengentasan stunting kepada 1,4 juta keluarga berupa 1 kilogram daging ayam dan 10 butir telur ayam. Tahun 2024 total sebanyak 8,6 juta paket pangan telah berhasil disalurkan ke 7 daerah sasaran, antara lain Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dengan itu, ID FOOD berhasil mendistribusikan lebih dari 15 juta paket bantuan pangan stunting selama 2 tahun berturut-turut.
Dalam pelaksanaan bantuan pangan tersebut, ID FOOD telah berkolaborasi dengan banyak peternak rakyat mandiri kecil, mikro, dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Pada tahun 2024, ID FOOD telah bermitra dengan total sampai 8.778 peternak yang terdiri dari 6.895 peternak ayam petelur dan 1.883 peternak ayam broiler.
“Program pemerintah yang berkaitan dengan pangan selama ini pasti memberikan stimulus penyerapan hasil dari petani dan peternak. Ini memang kewajiban negara. Termasuk pula program MBG yang potensinya besar. Daging ayam dan telur tentu jadi pilihan dalam menu MBG karena merupakan sumber protein yang affordable, sehingga pasti mengarah pada kesejahteraan peternak unggas,” ungkap Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
Salah satu indikator kesejahteraan peternak dapat dilihat dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP), terutama subsektor peternakan (NTPT). Dengan berbagai dukungan tersebut, indeks NTPT terus terjaga di atas 100 poin sejak Maret 2023. Indeks tertinggi NTPT ada di Juni 2024 dengan 104,81. Adapun NTPT ini berasal dari kelompok peternak yang terdiri dari unggas, ternak besar, ternak kecil, dan hasil ternak.
Khusus indeks peternak unggas, dilihat dari indeks harga yang diterima, terbilang masih berada di level yang cukup baik. Sampai Oktober 2024, indeks berada di angka 118,97 yang masih lebih baik dibandingkan awal 2023 yang kala itu berada di 111,96. Puncak indeks harga yang diterima peternak unggas tercatat pada April 2024 di 124,88 poin. Capaian ini merupakan yang tertinggi dalam 18 bulan terakhir.
Di kesempatan yang sama, Anggota Ombudsman Republik Indonesia Yeka Hendra Fatika meminta adanya evaluasi program dalam kurun waktu tertentu. “Hari ini kita hadir di sini karena ada program yang luar biasa. Saya senang dengan program seperti ini dan saya berharap Japfa atau integrator lainnya dapat memperluas kerja sama,” pinta Yeka.
“Jadikan hasilnya itu menjadi data yang akan digunakan dan perlu disampaikan kepada pemerintah. Nah berarti hari ke-36 harus memberikan laporan kepada Ombudsman dan Badan Pangan Nasional, berapa jumlah panennya, berapa harganya, berapa keuntungannya. Jadi data itu penting bagi Ombudsman untuk mengevaluasi program. (Untuk itu) saya dukung terus,” lanjutnya.
Sementara Dekan SV IPB Aceng Hidayat merasa terhormat karena programnya ini menjadi perhatian NFA dan Ombudsman. Ia berkomitmen untuk terus mengembangkan berbagai program SV IPB seterusnya. Turut hadir pula Ketua KPUN Alvino Antonio, Wali Utama SASPRI Profesor Muladno, beserta perwakilan PT Japfa dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.