Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi nenegaskan bahwa alih fungsi lahan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam upaya menjaga produksi dan ketersediaan pangan. Hal itu ditegaskannya saat menghadiri peringatan Hari Pangan Sedunia tingkat Provinsi Jawa Timur pada Rabu (15/11/2023) di JX International Convention Exhibition, Surabaya.
“Menekan laju alih fungsi lahan ini sangat penting karena berkaitan erat dengan upaya penyediaan pangan berbasis kemandirian dan kedaulatan pangan. Nomor satu kita prioritaskan produksi dalam negeri, dan menekan impor. Sehingga harus didukung penyediaan lahan yang cukup.” ungkap Arief.
Untuk itu, harus dihadapi dengan membangun kolaborasi multipihak sehingga mampu menghadirkan ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi juga mengingatkan, saatnya semua pihak bergandengan tangan khususnya menghadapi ancaman El Nino yang berdampak pada menurunnya produksi pangan.
“Marilah kita manfaatkan momentum Hari Pangan Sedunia yang berharga ini untuk bersama-sama berkomitmen dalam menguatkan ketahanan pangan Indonesia. Saya harap, upaya kita dalam penguatan ketahanan pangan tidak berhenti di sini saja, tapi terus ditindaklanjuti dengan aksi nyata.” ujar Arief.
Arief mengatakan sebagai salah satu sentra produksi beras nasional, Jatim menjadi penopang ketersediaan beras melalui peningkatan produksi dan ketersediaannya. Berdasarkan data BPS, total produksi beras Provinsi Jawa Timur pada tahun 2023 diperkirakan sekitar 5,54 juta ton, atau mengalami peningkatan sebesar 37 ribu ton (0,68%) dibandingkan produksi beras pada tahun 2022. “Tentunya kami berterima kasih atas pencapaian ini dan terus berharap agar pada periode berikutnya, produksi bisa lebih tinggi lagi agar ketahanan pangan, baik di daerah maupun nasional semakin kuat.” ungkap Arief.
Menurutnya, momentum panen raya pada Mei 2024 mendatang harus dipersiapkan sejak awal. “Sangat penting untuk memastikan kesiapan prasarana pertanian yang sudah matang di Jawa Timur, seperti embung, waduk, dan irigasi tentunya juga perlu dioptimalkan dan didukung dengan kebijakan yang baik agar bisa memperkuat eksistensi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional, baik untuk komoditas beras, maupun jagung, gula, dan telur ayam. Semua ini sejalan dengan cita-cita kita bersama Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo.” ujarnya.
Arief juga meminta agar stabilitas pasokan dan harga pangan menjadi aspek penting yang harus terus dijaga. Karena itu, Ia mendorong Provinsi Jatim agar dapat mengoptimalkan dana dekonsentrasi yang dialokasikan dari Badan Pangan Nasional sebesar 9,7 miliar rupiah untuk mendukung pengendalian inflasi daerah. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menjaga inflasi dan harga pangan yang wajar, baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Pada saat yang sama, langkah stabilisasi ini juga dibarengi dengan upaya menguatkan daya beli masyarakat berpendapatan rendah melalui bantuan pangan. Hingga 14 November 2023, sebanyak 375.197 Keluarga Berisiko Stunting (KRS) di Jawa Timur telah menerima distribusi bantuan pangan penanganan stunting tahap II dengan angka realisasi total sebesar 98,05%. “Tentunya hal ini juga harus menjadi perhatian kita bersama, agar pemenuhan gizi masyarakat semakin baik lagi.” ujar Arief.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, sebagai salah satu produsen pangan nasional, Jawa Timur berkomitmen penuh dalam menjaga ketersediaan pangan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada.
“Hari ini tentu kita bersama-sama menguatkan komitmen dan tekad kita, untuk terus bisa menjaga Jatim sebagai lumbung pangan nasional.” ujar Khofifah.
“Kalau untuk produksi pangan masyarakat di Jatim berlebih. Bukan hanya padi tapi juga telur dan daging ayam. Saya berharap prestasi yang dicapai ini dapat terus dijaga dan ditumbuhkan. Oleh karena itu, seluruh Bupati dan walikota di Jatim agar menyiapkan format-format untuk petani yang menguatkan kontribusi kita semua untuk membangun tidak hanya ketahanan pangan daerah tapi juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan nasional.” tambahnya.
Adapun menurut BPS Provinsi Jatim pada tahun 2023 merupakan produsen padi terbesar nasional dengan luas panen padi sekitar 1,685 juta hektar, dan kenyuplai kebutuhan pangan provinsi-provinsi lainnya.