Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, gelontoran beras Perum Bulog ke Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) akan terus dilakukan untuk menekan harga beras di pasaran sehingga dapat terkoreksi menuju keseimbangan baru.
“Saat ini harga beras di PIBC sudah mengalami penurunan, sehingga kita berharap harga beras di pasar turunan juga terus terkoreksi dan stabilitas harga dapat tercapai,” ujar Arief saat meninjau gudang beras di PIBC dan meninjau Pasar Rawamangun bersama Menteri BUMN Erick Thohir, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Direktur Utama ID FOOD Frans Tambunan, Direktur Utama Food Station Pamrihadi Wiryaryo, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Suharini Eliawati, Satgas Pangan Polri Kombes Pol Hermawan, dan Ketua Inkoppas Andrian Lamehumar, Rabu (4/10/2023).
Menurut Arief, harga beras akan tertahan melalui upaya penggelontoran beras SPHP ke semua lini pasar. “Harga beras semestinya bisa tertahan dengan beras SPHP dibanjiri ke PIBC seperti ini. Beras SPHP juga pemerintah salurkan melalui ritel modern dan pasar tradisional. Ini terus kita lakukan sambil menunggu panen,” imbuh Arief.
“Bayangkan kalau tidak ada bantuan pangan dan operasi pasar seperti hari ini. Namun dengan berbagai upaya pemerintah yang kita lakukan, harga beras kita masih related dan stok kita aman,” tandas Kepala NFA.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menuturkan ada rencana penambahan bantuan pangan beras agar peran Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dapat semakin menekan harga. “Dalam Ratas terakhir, Bapak Presiden Joko Widodo telah meminta Ibu Menteri Keuangan untuk menyiapkan kelanjutan bantuan pangan beras di Desember tahun ini. NFA bersama Bulog senantiasa memastikan stok CBP tersedia dan siap salur ke masyarakat luas,” pungkas Arief
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah melalui BUMN akan terus membanjiri semua lini pasar. “Hari ini tadi disampaikan bahwa di PIBC sudah sampai 31 ribu ton, targetnya 35 ribu ton, masih kurang 4 ribu. Kita harus dorong terus supaya dibanjiri. Kita harus memastikan Inflasi terus dibawah 2 dan kehidupan masyarakat bisa lebih stabil,” ujar Erick.
“Semua niat baik ini harus dengan kerja sama dan didukung oleh masyarakat. Bapak Presiden pastikan stok beras aman. Hari ini Bulog ada 1,7 juta ton, lalu November jadi 2 juta ton. Produksi terus didorong tapi stok juga kita dorong, karena jangan sampai harga beras terus melonjak,” pungkas Menteri BUMN.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Food Station Pamrihadi Wiryaryo mengatakan pasca dimulainya operasi pasar beras Bulog di PIBC pada 12 dan 13 September 2023 terdapat penurunan.
“SPHP dimulai 12 dan 13 September, saat itu harga masih 12.600 lalu stok 25 ribu. Saat ini stok meningkat 31 ribu. Seiring dengan peningkatan stok, harga menurun 11 persen dari 12.600 menjadi 11.185 di hari ini,” jelas Pamrihadi.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyampaikan ketersediaan stok selalu menjadi perhatian pemerintah. “Kalau produksi kurang, pasti Bapak Presiden minta Bulog untuk tambah stok beras, karena pemerintah itu menjamin ketersediaan bagi masyarakat secara luas.Sampai akhir tahun, stok aman, prediksi kita masih ada 1,2 juta ton,” ujar Budi.
Adapun hingga saat ini stok beras yang ada di Bulog mencapai 1,7 juta ton, yang terdiri dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,67 juta ton dan stok komersil sekitar 69 ribu ton. Sementara penyaluran beras juga telah mencapai angka 1,7 juta ton yang digunakan antara lain realisasi SPHP sebanyak 799 ribu ton, bantuan pangan tahap pertama sebesar 640 ribu ton, dan bantuan pangan beras tahap kedua yang saat ini terus digenjot dengan realisasi terakhir telah mencapai 98,5 persen untuk bulan pertama sebesar 197 ribu ton.
“Paralel dengan gelontoran beras Bulog ke PIBC, juga terus dilakukan operasi pasar SPHP, dan memperluas jangkauannya ke ritel modern dan pasar tradisional. Bantuan pangan beras tahap kedua sesuai arahan Bapak Presiden juga saat sudah hampir rampung untuk bulan pertama. Jadi ini semua kita terus lakukan untuk menahan laju kenaikan harga beras dan mengendalikan inflasi agar tetap sesuai target pemerintah di kisaran 3 persen.” ungkap Arief.
Ketua Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lamemuhar mengungkapkan pihaknya terus menyalurkan beras bulog hingga ke pasar-pasar. “Kemarin beras Bulog sudah kami salurkan dari Inkopas lewat kopas kopas DKI, Rawamangun dan lainnya sudah masuk beras 5 kg tinggal yang 50 kg mulai siang ini akan masuk dan kita salurkan ke downline kami di pasar pasar. Total yang di distribusi tadi pagi 150 ton kita bertahap setiap hari dan percepatan dari Bulog untuk SO dan SPS nya supaya kami bisa lebih cepat menyalurkannya.
Kopas Kopas kami siap di DKI, Rawamangun, Jatinegara 151 kami ada.” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi komoditas beras pada September 2023 lebih disebabkan karena penurunan luas tanam padi dan penurunan produksi gabah yang menyebabkan tingginya harga gabah dan beras baik di tingkat petani, penggilingan, maupun pedagang. Kenaikan tertinggi harga beras terjadi di tingkat penggilingan dengan rata-rata nasional di harga Rp 12.708/kg atau memberikan andil 27,43% (yoy) terhadap inflasi.
Adapun komponen harga pangan bergejolak (volatile food) kerap menjadi faktor penyumbang inflasi terbesar. Di bulan September 2023, komoditas beras memiliki andil inflasi 0,18% (month to month) dan 0,55% (year on year).
Untuk itu, penguatan stok CBP saat ini terus dilakukan agar pemerintah dapat leluasa melakukan intervensi stabilitasi pangan. Dikatakan Arief, kondisi produksi dalam negeri yang mengalami penurunan harus diantisipasi dengan penguatan cadangan beras melalui optimalisasi panen dalam negeri, maupun pengadaan beras dari luar negeri.
Berdasarkan amatan BPS, kondisi neraca beras bulanan pada tiga bulan akhir tahun 2023 dalam kondisi defisit sehingga diperlukan penguatan stok CBP untuk menguatkan stok CBP melalui percepatan realisasi pengadaan dari luar negeri.
Hal ini ditengarai penting agar negara memiliki stok yang cukup sehingga mampu mengintervensi pasar. Arief menyebut idealnya, stok CBP dapat mencapai 20 % dari total produksi beras nasional, artinya jika produksi saat ini diperkirakan mencapai 31 juta ton, maka diperlukan sekitar 6 juta ton sebagai stok CBP yang secured. Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta jajarannya untuk memetakan secara komprehensif permasalahan di sektor pangan khususnya berkaitan dengan antisipasi El Nino yang berdampak pada ketahanan pangan nasional.