JAKARTA – Pemerintah terus melakukan pengendalian inflasi khususnya yang disebabkan tekanan inflasi pangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi Indonesia (yoY) pada bulan Juli 2022 sebesar 4,94%, di mana salah satu penyebab utama kenaikan tersebut adalah inflasi pangan sebesar 9,35%, angka tersebut mengalami peningkatan dari bulan Juli 2022 yang berada di posisi 6,32%.
Dalam rangka pengendalian inflasi pangan tersebut, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) telah menyiapkan sejumlah rencana aksi dan extra effort pengendalian inflasi nasional diantaranya terus meningkatkan mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah defisit untuk menjaga stabilitas harga. Hal tersebut disampaikan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi, usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2022, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/08/2022).
Arief mengatakan, stabilisasi harga pangan dapat dilakukan melalui mobilisasi sejumlah komoditas penyebab inflasi seperti bawang merah, jagung, cabai, dan daging dari wilayah surplus ke wilayah defisit untuk memangkas disparitas. “Langkah ini menjadi salah satu prioritas yang akan terus digenjot volume dan intensitasnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, selain mobilisasi pangan antar daerah upaya mengamankan rantai pasok dari hulu hingga hilir juga harus dilakukan melalui penguatan infrastruktur pangan. NFA telah mendata daerah yang membutuhkan bantuan sarana infrastruktur, diutamakan daerah sentra produksi dan wilayah rentan rawan pangan dan gizi. Infrastruktur yang akan disalurkan seperti reefer container atau cold storage yang fungsinya dapat memperpanjang masa simpan produk pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan.
Selain langkah-langkah tersebut, pada periode Agustus sampai dengan September ini NFA juga telah melakukan rencana aksi pengendalian inflasi lainnya, seperti penetapan harga acuan untuk menjaga stabilisasi harga di tingkat produsen dan konsumen, operasi pasar melibatkan stakeholder pangan, dan monitoring ketersediaan pasokan dan harga pangan melalui aplikasi Panel Harga Pangan.
“Seperti yang disampaikan Bapak Presiden dalam pembukaan Rakornas hari ini, kita tengah menghadapi kondisi yang tidak bisa. Untuk itu, kita tidak bisa lagi bekerja dengan cara-cara yang biasa. Upaya terbaik terus kami lakukan untuk menjaga agar inflasi pangan tidak semakin tinggi. Sejumlah langkah konkrit telah kami lakukan dan siapkan,” ujarnya.
Arief mengatakan, idealnya tingkat inflasi pangan berada di bawah 5% sehingga tidak membebani tingkat inflasi nasional yang per Juli 2022 lalu berada di angka 4,94%. Tekanan inflasi pangan tersebut terutama bersumber dari kenaikan harga komoditas global akibat ketegangan geopolitik di sejumlah negara yang berdampak pada terganggunya mata rantai pasokan global. Efeknya sejumlah negara melakukan kebijakan proteksionisme pangan untuk melindungi kebutuhan pangan dalam negerinya masing-masing. Faktor perubahan iklim turut berkontribusi pada terganggunya produksi komoditas pangan di dalam negeri dan sejumlah negara yang mengakibatkan ketidakmerataan stok antar daerah.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam laporannya mengatakan, harga pangan hari ini relatif stabil. Harga beras rata-rata berada di kisaran Rp 10 ribu per kg. Volatility pangan sudah relative terkendali.