MAKASSAR – Produksi dan distribusi menjadi faktor yang sangat penting dalam upaya menjaga ketersediaan dan stabilitas pangan nasional. Pelaksanaan produksi harus didukung dengan aktivitas distribusi berbasis data, serta kesiapan sarana/fasilitas logistik dan teknologi. Hal tersebut agar komoditas pangan produksi petani, peternak, dan nelayan terserap dengan optimal sehingga memberikan keuntungan dan nilai tambah.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Focus Group Discussion (FGD) Problematika Produksi dan Distribusi Pangan Nasional yang digelar Nagara Institut, Kamis, (9/2/2022), di Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar. Menurutnya, integrasi hulu-hilir atau produksi dan distribusi menjadi kunci bagi penguatan ekosistem panga nasional yang berkelanjutan.
“Integrasi mulai dari produksi hingga pasca panen ini menjadi sangat penting. Bagaimana kita memastikan produksi para petani itu aman, dalam arti bisa terserap dan memiliki harga yang baik sehingga para petani semangat menanam kembali untuk meningkatkan produktivitasnya,” ujarnya.
Perlunya kesinambungan proses tersebut, menurut Arief, karena pengelolaan pangan tidak bisa dilakukan secara parsial, maka kolaborasi bersama sektor penta helix menjadi penting. “Tidak bisa kita hanya bicara produksi saja atau distribusi saja. Keduanya harus beriringan dan saling mendukung. NFA sendiri memiliki peran dan fungsi lebih banyak pada tahapan pasca panen, namun kita tetap membangun koordinasi dan sinergi dengan Kementan untuk mendukung produksi,” jelasnya.
Dalam hal penguatan distribusi, Arief menyebutkan, NFA telah menjalankan sejumlah program strategis, seperti Optimalisasi Tol Laut, Fasilitasi pembangunan Sarana Logistik Pangan, Optimalisasi Fasilitas BUMN Pangan, Fasilitasi Mobilisasi Pangan, serta Digitalisasi Pemantauan Stok dan Harga Pangan. “Terbaru kami lakukan fasilitasi pembangunan sarana logistik pangan berupa pelabuhan untuk pendistribusian jagung di Teluk Santong, Sumbawa. Antara Pemerintah Daerah dan Investor telah bertemu dan setuju untuk dilakukan pembangunan langsung kita lakukan ground breaking. Pelabuhan ini penting karena dapat meningkatkan pendistribusian jagung yang merupakan komoditas unggulan di Sumbawa dan Dompu,” terangnya.
Selain itu, ia menambahkan, sesuai arahan Presiden RI pada rapat pembahasan integrasi BUMN Pangan, NFA saat ini tengah mendorong peningkatan peran BUMN Pangan Bulog dan ID Food sebagai off taker produk pangan. “Penguatan BUMN Pangan sebagai off taker juga akan dibarengi upaya optimalisasi fasilitas BUMN Pangan. Bulog memiliki lebih dari 1.500 gudang di seluruh iIndonesia dengan total kapasitas 3,8 juta ton, begitu juga ID Food memiliki 589 gudang dengan kapastitas 1,18 juta ton. Fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyimpan hasil produksi yang diserap sebagai cadangan pangan pemerintah,” paparnya.
Sementara itu, Guru Besar pertanian Unhas Prof. Ambo Ala yang juga menjadi salah satu peserta FGD menekankan pentingnya pendataan dalam proses pengelolaan pangan. Untuk itu, ia mengapresiasi aplikasi Panel Harga Pangan yang dikembangkan NFA untuk memantau harga pangan di tingkat produsen dan konsumen di seluruh kabupaten.
“Itu bagus sekali, tinggal bagaimana caranya update data berjalan. Saya apresiasi banyak ide yang baru dan terobosan yang baru,” ujarnya.
Salah satu bahasan yang mengemuka dalam FGD tersebut adalah mengenai regerasi petani. Bagaimana menumbuhkan minat anak muda untuk bertani. Perwakilan Petani Muda/Millennial yang juga turut hadir menyampaikan pandangannya, bahwa selama ini yang dibutuhkan oleh para petani muda adalah aksesbilitas terhadap modal, teknologi, dan kepastian pasar dan harga atas hasil pertanian.
Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Nagara Institut Akbar Faizal mengatakan, FGD ini merupakan bagian dari riset mendalam (indepth) tentang Problematika Produksi dan Distribusi Pangan Nasional. Menurutnya, penting untuk mengetahui apa saja tantangan yang dihadapi sektor pangan, khususnya dalam tahapan produksi dan distribusi, serta bagaimana solusi dan kebijakan apa yang bisa diterapkan untuk mengatasi tantangan tersebut.
“Kami memilih Makassar sebagai penyelenggara FGD kedua kami atas berbagai pertimbangan yang salah satunya adalah sebagai Lumbung Pangan Nasional,” ujarnya.