Hadir dalam Diskusi Nagara Institut, Kepala NFA: Keberpihakan Pada Pangan Lokal Kunci Wujudkan Generasi Sehat

JAKARTA – Beragam sumber pangan lokal yang ada di Indonesia harus dioptimalkan bagi masyarakat. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa sesuai dengan semangat kemandirian pangan dan kedaulatan pangan, pemerintah terus membangun keberpihakan terhadap pangan lokal sebagai kunci untuk mewujudkan generasi sehat yang aktif dan produktif. 

“Untuk membangun manusia Indonesia yang sehat, aktif, dan produktif kita harus berpihak pada sumber daya pangan lokal yang sangat beragam di tanah air. Ini penting karena kita berada di tengah bonus demografi yang menentukan masa depan bangsa. Pemenuhan pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman tentunya akan menyokong kualitas individu yang berdampak pada kualitas bangsa.” ujar Arief dalam diskusi Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Bangsa: Tantangan dan Arah Kebijakan Pangan untuk Indonesia Emas yang digelar Nagara Institute, pada Kamis (15/06/2023) di Hotel Borobudur, Jakarta 

Arief mengemukakan bahwa kualitas konsumsi pangan masyarakat masih belum cukup seimbang. Hal ini dapat dilihat dari unsur kelompok pangan yang membentuk capaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) di mana pola konsumsi masih didominasi unsur padi-padian, minyak, dan lemak. Sedangkan unsur umbi-umbian, kacang, sayuran, serta buah-buahan masih kurang dikonsumsi. 

“Belum seimbangnya unsur kelompok pangan dalam konsumsi pangan ini tentu akan berpengaruh pada perkembangan individu, khususnya bagi anak-anak dan generasi muda yang masih dalam tahap pertumbuhan. ” ujarnya. 

Salah satu tugas fungsi Badan Pangan Nasional berdasarkan Perpres 66 Tahun 2021 yaitu penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan. Hal ini tentunya diwujudkan melalui berbagai upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang salah satunya diukur melalui pencapaian nilai komposisi pola pangan dan gizi seimbang dengan parameter yang digunakan yaitu skor Pola Pangan Harapan (PPH). 

Untuk itu, Badan Pangan Nasional telah menerbitkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2023 tentang Pola Pangan Harapan yang menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam memotret kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui penilaian jumlah dan komposisi pangan berdasarkan PPH. 

“Skor PPH yang ideal tentunya akan terwujud apabila setiap wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia memiliki capaian konsumsi pangan yang berkualitas mengarah pada pola komposisi pangan yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA),” ungkap Arief. 

Sasaran Skor PPH ideal yaitu 100% sesuai dengan bobotnya masing-masing kelompok pangan yang terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berlemak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lainnya. Adapun skor PPH sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu 95,2 di tahun 2024. Sedangkan di tahun 2022 skor PPH mencapai 92,9 yang artinya sudah di atas target RPJMN sebesar 92,8. 

“Kualitas konsumsi pangan meningkat yang ditandai dengan meningkatnya skor PPH menjadi 5,7 poin dari 87,2 pada tahun 2021 menjadi 92,9 pada tahun 2022, dengan Angka Kecukupan Energi (AKE) 2.100 kkal/kap/hari,” ungkapnya. 

Pentingnya penganekaragaman pangan berbasis PPH yang ditunjukkan melalui skor PPH yang ideal ini merupakan upaya preventif dalam menurunkan masalah pangan dan gizi dan memantapkan ketahanan pangan nasional. Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk memanfaatkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. 

“Jika skor PPH ideal tercapai maka tentunya permasalahan stunting dan Prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan atau Prevalence of Undernourishment (PoU) akan dapat teratasi, dan juga indeks ketahanan pangan Indonesia membaik,” tambahnya.

Selaras dengan itu, Guru besar IPB University Edi Santosa mengatakan, kesadaran akan pentingnya pangan lokal bagi generasi masa depan harus mulai digaungkan dimulai dengan menyasar kelompok generasi muda dan anak-anak. 

“Bangun kesadaran pangan mulai dari anak kecil. Jadi pangan lokal harus dikenalkan sejak dini, bagaimana kita harus menginternalisasikan cita-cita generasi emas sejak kecil melalui pengenalan beragam pangan lokal.” ujarnya. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *