JAKARTA – Sistem kemitraan bersama petani, peternak, dan nelayan menjadi modal yang penting bagi penguatan ekosistem pangan nasional. Untuk itu, upaya pemberdayaan kemitraan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir harus terus didorong dan ditingkatkan dari segi skala dan jangkauannya.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi saat hadir sebagai pembicara dalam AP Dialog Indonesia Leaders Forum, Selasa, (30/5/2023), di Jakarta, yang mengangkat tema Penguatan Kemitraan dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan dari Hulu-Hilir di Indonesia. Menurutnya, NFA telah menyiapkan Close Loop pengelolaan pangan yang mengedepankan kemitraan bersama petani, peternak, dan nelayan serta melibatkan dukungan Kementerian/Lembaga, pelaku usaha BUMN/BUMD/privat sector untuk mengamankan hilirnya, serta perbankan untuk mendukung permodalan.
“Melalui Close Loop yang telah kita siapkan kita dorong pendampingan agar petani bisa menghasilkan produk yang sesuai permintaan pasar, sehingga produk yang dihasilkan bisa memiliki daya saing dan mampu memberikan nilai tambah signifikan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut ia juga menyampaikan berbagai program NFA yang baik yang telah dijalankan, seperti satu data pangan yang menggunakan data BPS, gerakan penganekaragaman pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA), gerakan anti Food Loss and Waste (FLW), bantuan pangan, dan penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang sedang berjalan.
Terkait gerakan pengurangan FLW, ia menyampaikan, NFA secara konsisten terus mengkampanyekan Stop Boros Pangan dan Gerakan Penyelamatan Pangan bersama para pegiat anti FLW seperti Foodbank of Indonesia (FOI), Foodcycle, Surplus, dan lainnya.
Sementara untuk penyelenggaraan CPP, NFA akan mengoptimalkan peran BUMN Pangan yaitu Perum BULOG dan ID FOOD untuk melakukan penyerapan dan pengadaan guna mengisi stok 13 komoditas pangan. “Untuk penyelenggaraan CPP sendiri sudah memiliki landasan hukum Perpres 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan CPP dan telah diturunkan kedalam sejumlah Perbadan. Saat ini proses pengisian CPP terus dilakukan secara bertahap,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor IPB University Arif Satria mengatakan, membangun pertanian pangan yang baik tidak bisa dilepaskan dari dua aspek yaitu presisi dan inklusif. Presisi karena masalah teknologi harus menjadi kekuatan, dan inklusif harus bisa menjangkau dan merangkul petani, peternak, dan nelayan secara lebih luas sekaligus menyiapkan SDM pertanian uang unggul.
Arief juga mengatakan, saat ini IPB University terus mendorong penerapan teknologi pertanian presisi, melalui penelitian dan inovasi serta edukasi dalam rangka mempersiapkan SDM pertanian yang mampu dan memahami pengoperasian alat pertanian presisi.
Ia juga menekankan pentingnya pembenahan tata kelola pangan nasional secara menyeluruh sehingga tidak terjadi krisis tata kelola pangan.
Diskusi tersebut juga turut menghadirkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pelaku pangan, praktisi dan pengamat pangan, serta media massa. Selanjutnya hasil diskusi tersebut akan disampaikan kepada pemerintah sebagai rumusan dan masukan bagi pengambilan kebijakan terkait pangan nasional.