Aspek keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang menjadi ranah pengawasan Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) memiliki urgensi dalam pengolahan suatu jenis PSAT sebelum diolah menjadi makanan. Dalam pelaksanaannya, NFA selaku Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat (OKKKP) telah membangun kolaborasi yang sinergis bersama pemerintah daerah selaku Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD).
Eminensi tersebut siap menjadi dukungan penuh NFA kepada Badan Gizi Nasional (BGN) dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Melalui metode uji cepat terhadap beberapa sampel PSAT yang akan digunakan, dapat segera diketahui tingkat residu terhadap cemaran formalin dan pestisida, selain itu akan dikembangkan mekanisme registrasi pemasok bahan baku tersebut untuk menjamin keamanan pamgan dan ketertelusuran.
“Badan Pangan Nasional telah membangun sistem pengawasan keamanan PSAT dengan berkolaborasi dengan semua pemerintah daerah. Kami siap mendukung program MBG dalam memastikan keamanan PSAT-nya sebelum diolah menjadi makanan yang rencananya pada 2025 akan menyasar sekitar 19,47 juta orang, baik anak sekolah hingga ibu hamil maupun menyusui,” kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam keterangannya seusai mengikut Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Adapun NFA secara nasional sebagaimana yang disajikan dalam laman sipsat.badanpangan.go.id, selama tahun 2023 telah dilaksanakan uji cepat sebanyak 3.047 pengujian yang terdiri dari 2.063 Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT), 357 Pangan Segar Asal Hewan (PSAH), dan 627 Pangan Segar Asal Ikan (PSAI).
Kemudian di 2024 ini, intensitas uji cepat semakin ditingkatkan. Sampai November sebanyak 4.811 pengujian telah terlaksana yang terdiri dari 3.135 PSAT, 492 PSAH, dan 1.144 PSAI. Apabila terdapat sampel yang dinyatakan positif, langkah selanjutnya adalah melakukan melakukan pengujian ulang melalui laboratorium terakreditasi dan selanjutnya ditelusuri sumbernya agar dapat dilakukan pembinaan.
Komitmen pengawasan keamanan segar semakin diperkuat melalui fasilitas mobil laboratorium keliling yang disebar pada berbagai daerah. Sampai 2024 telah ada 17 unit yang ditempatkan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.Yogyakarta, Lampung, dan Sulawesi Selatan. Mobil laboratorium keliling ini dilengkapi peralatan seperti rapid test dan reader nya, timbangan analitik serta alat pendukung lainnya. Selain itu, Badan Pangan Nasional tahun 2025 juga akan memperkuat 5 OKKPD (jatim, jateng, Lampung, aceh, Sulsel) dengan laboratorium Uji, yang dilengkapi dengan instrumen analisis terbaru, untuk uji residu pestisida dan cemaran logam berat dengan dana alokasi khusus.
“Dengan infrastruktur pengawasan keamanan pangan segar yang telah kami bangun sejauh ini, tentu kami siap hadir dan mendukung program MBG. Kami harap melalui uji cepat terhadap pangan segar yang akan diolah di Satuan Pelayanan Gizi kelolaan BGN, dapat memberikan jaminan dari sisi keamanan pangan segarnya,” tambah Plt. Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan NFA Apriyanto Dwi Nugroho.
“Tentu kami sudah siapkan SDM-nya yang memiliki kompetensi mumpuni dalam pelaksanaan proses dan analisa uji cepat tersebut. Aspek keamanan pangan segar ini harus menjadi perhatian pemerintah secara bersama-sama. Ini agar program unggulan seperti MBG dapat terlaksana dengan baik dan berhasil secara keseluruhannya,” pungkas Apriyanto.
Aspek keamanan pangan sendiri memiliki keterkaitan yang tidak dapat terpisahkan dari gizi dan ketahanan pangan. World Health Organization (WHO) mengestimasikan pangan yang terkontaminasi bisa menyebabkan sekitar 1 dari 10 orang sakit setiap tahunnya. Pangan yang terkontaminasi itu pun dapat menyebabkan 200 jenis penyakit. Potensi ekonomi yang hilang dapat mencapai USD 110 miliar setiap tahunnya sebagai akibat dari kehilangan produktivitas dan biaya pengobatan.