Konsumsi pangan yang seimbang sangat penting untuk mewujudkan individu yang sehat, aktif, dan produktif. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan salah satu upaya untuk membangun keseimbangan tersebut adalah dengan mengurangi konsumsi nasi dan meningkatkan konsumsi protein, sayur, dan buah-buahan. “Jadi konsumsi pangan yang seimbang itu harus sesuai dengan konsep Isi Piringku yang kemudian di NFA kita kampanyekan dalam gerakan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA).” ujar Arief Prasetyo Adi dalam keterangan tertulis, Rabu (16/08/2023) di Jakarta.
Arief menjelaskan, dalam satu piring terbagi ke dalam empat bagian, yaitu sepertiga makanan pokok, sepertiga sayuran, seperenam lauk pauk dan seperenam buah-buahan. “Konsep keseimbangan konsumsi pangan seperti ini harus terus disosialisasikan ke masyarakat, agar kita semua memahami bahwa ketidakseimbangan pola konsumsi akan berdampak pada kesehatan individu, dan pada akhirnya memengaruhi kualitas sumber daya manusia kita ke depan.” kata Arief.
“Di dalam isi piringku tersebut, sudah diperhitungkan porsi kandungan zat gizi yang seusai bagi tubuh sesuai 4 bagian tersebut. Jadi protein saja tidak cukup, butuh asupan gizi lainnya antara lain karbohidrat, vitamin, dan mineral.” tambahnya.
Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2022, skor PPH menunjukkan bahwa keragaman konsumsi pangan mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan skor PPH tahun 2022 sebesar 92,9 dan telah melampaui target yang ditetapkan sebesar 92,8. Namun demikian, masih perlu penyeimbangan konsumsi pangan di mana porsi pangan sumber karbohidrat masih belum menunjukkan angka ideal sesuai rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). Arief mengungkapkan, dalam gelaran Sinergi dan Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Pangan di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Sabtu (12/08/2023) lalu, salah satu isu yang didorong adalah bagaimana pangan lokal menjadi tuan di negeri sendiri. Merdeka pangan memiliki muatan kemandirian pangan yang mensyaratkan produksi pangan dari dalam negeri.
Dalam gelaran tersebut, tidak kurang dari 10.000 porsi jagung bose, sei sapi, dan sayur kelor telah dibagikan sebagai menu B2SA untuk mengedukasi masyarakat tentang pola pangan sehat dengan mengoptimalkan pemanfaatan pangan lokal.
Menu pangan lokal dipilih karena punya nilai yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA) serta untuk menunjukkan potensi pangan yang ada di NTT dengan berbagai macam manfaat. Jagung bose dipilih sebagai menu sarapan karena jagung telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan gizi masyarakat NTT. Kekayaan serat dan vitamin dalam jagung bose memberikan kontribusi besar dalam menjaga kesehatan pencernaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sumber karbohidrat yang baik juga membantu menjaga energi sepanjang hari.
“Oleh karena itu, kami mendorong pengurangan konsumsi nasi dan mensubstitusi dengan pangan sumber karbohidrat lain yang melimpah dari negeri ini seperti singkong, jagung, talas, sagu dan lainnya. Begitu pula dengan keragaman sumber protein baik nabati ataupun hewani” ujarnya.
Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo bahwa masyarakat jangan dipaksa mengonsumsi satu komoditas pangan pokok saja karena setiap daerah memiliki karakteristik pangan yang berbeda-beda dan hal tersebut harus dikembangkan untuk menumbuhkan kemandirian lokal.
“Tidak harus bergantung pada satu jenis komoditas pangan tertentu, karena masih banyak alternatif lain sumber pangan contohnya jagung dan sorgum yang merupakan komoditas pangan lokal sumber karbohidrat unggulan NTT, begitupun dengan sumber protein tidak tergantung pada daging sapi dan ayam, karena ada juga telur atau ikan,” ungkapnya.
“Jadi apa yang diproduksi di daerah tersebut itulah yang kita upayakan untuk pemenuhan pangan B2SA, artinya sumber pangan yang dikampanyekan dalam B2SA mengandalkan potensi dan sumber daya pangan setempat, sehingga kita harapkan pemenuhan pangan yang B2SA tidak memberatkan masyarakat berpendapatan rendah karena pangan tersebut memang mudah dan terjangkau. Misalnya daerah dengan sumber protein ikan, pemenuhan proteinnya tidak perlu bergantung dari komoditas lain seperti daging sapi atau ayam.” tambahnya.
Selain mengampanyekan Kenyang Tidak harus Nasi, NFA juga terus menyosialisasikan kampanye Makan Enak Makan Sehat Makan B2SA yang terus dilakukan dengan bersinergi bersama stakeholder terkait. Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus menyasar kalangan generasi muda melalui program B2SA goes to school.
“Program B2SA goes to school ini terus kita jalankan untuk mengedukasi masyarakat khususnya adik-adik kita agar mereka mengenal pangan beragam sejak dini, sehingga nantinya mereka mampu mengaplikasikan dalam keseharian bagaimana pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Kami percaya bahwa dengan kesadaran dini dari para generasi muda, akan terbentuk nantinya perubahan pola konsumsi yang lebih baik di generasi mendatang.” ujar Rinna.
Rinna mengakui B2SA goes to school akan menjangkau di 34 provinsi dan saat ini telah dilakukan di 120 sekolah yang tersebar di 30 provinsi. “Tentunya ke depan jumlah ini akan terus bertambah, kami juga sedang melakukan inisiasi agar edukasi terkait B2SA ini dapat masuk sebagai materi pembelajaran di sekolah,” ungkapnya.