Pemerintah terus melakukan berbagai upaya dan langkah strategis agar El Nino tidak berdampak serius terhadap ketahanan pangan nasional. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Talkshow Forum Merdeka Barat 9 (FMB9), pada Senin (31/07/2023).
“Pangan menjadi salah satu concern Bapak Presiden Joko Widodo. Jadi kami sampaikan bahwa stok pangan kita sampai 2023 masih aman. Untuk itu, NFA secara kontinyu berkolaborasi dengan semua stakeholder guna memastikan ketersediaan dan kualitas pangan, serta menjaga keterjangkauan harga di masyarakat,” ucap Arief.
Arief mengatakan, guna menjaga stok beras, NFA telah menugaskan Perum Bulog untuk melakukan penyerapan dengan mengutamakan produksi dalam negeri.
“Penyerapan beras harus memprioritaskan produksi dari dalam negeri dan hingga saat ini Bulog terus melakukan penyerapan. Pada saat yang sama, pengadaan dari luar sebagaimana target pemerintah sebesar 2 juta ton tentunya akan dilakukan untuk kebutuhan cadangan pangan nasional, namun dengan catatan impor tersebut harus tetap terukur dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi perberasan nasional,” ujarnya.
Karena itu, Arief mendorong top up stok Bulog hingga di atas 1 juta ton demi mengantisipasi situasi dan dinamika yang terus berkembang. “Saat ini stok Bulog di kisaran 800 ribu ton. Ini terus kita tingkatkan stoknya sehingga nantinya dalam dua pekan ke depan stok Bulog bisa mencapai di atas 1 juta ton. Ini penting untuk menjaga stok beras nasional dalam kondisi yang secure dan dapat digunakan sewaktu-waktu untuk stabilisasi pasokan dan harga serta kondisi kedaruratan,” terangnya.
Berbagai langkah lainnya untuk mengantisipasi dampak El Nino dengan menjaga stabilitas pangan melalui serangkaian langkah aksi mulai dari Gerakan Pangan Murah (GPM) dan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP).
Di samping itu, terdapat program bantuan pangan beras yang telah disalurkan pada periode April-Juni kepada 21,353 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Nantinya tahap kedua akan digelontorkan pada Oktober sampai Desember untuk menjaga daya beli dan mengendalikan inflasi pangan.
“Bersinergi dengan pemerintah daerah, BUMN/BUMD pangan, asosiasi, dan pelaku usaha, NFA menjaga daya beli masyarakat dengan gencar melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) di seluruh daerah. Lalu membantu daerah yang defisit dengan Fasilitasi Distribusi Pangan dari daerah surplus. Upaya-upaya ini tentu tidak akan pernah putus dilakukan pemerintah demi memastikan pangan terjaga dengan baik,” ungkap Arief.
Tidak hanya pada aspek ketersediaan dan stabilitas pangan, Arief juga menekankan pentingnya penganekaragaman pangan sebagai salah satu exit strategy dalam mengantisipasi dampak El Nino. Hal ini penting karena Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya pangan berbasis kearifan lokal.
“Beras memang menjadi pangan pokok yang dikonsumsi mayoritas masyarakat Indonesia. Namun masih banyak sumber karbohidrat dan protein yang tersebar di berbagai daerah, misalnya sagu di Indonesia Timur. Kita ingin ketahanan pangan yang berlandaskan kemandirian dan kedaulatan nasional. Dibutuhkan political will bersama untuk mengakselerasi keragaman produksi kita dan menjadi kekuatan dalam mengantisipasi dampak El Nino bagi ketahanan pangan,” ucapnya.
Menyoal masih besarnya angka food loss and waste atau kehilangan dan pemborosan pangan di Indonesia, Arief juga mengimbau agar seluruh masyarakat bersama-sama untuk stop boros pangan. “Masyarakat perlu memahami pentingnya kita bersama-sama mengurangi food loss and waste ini, terutama untuk mengantisipasi dampak El Nino yang bisa berpengaruh terhadap penurunan produksi pangan. Yang bisa kita lakukan bersama salah satunya adalah mulai melaksanakan aksi stop boros pangan dan belanja bijak,” cetus Arief.
Stop boros pangan dapat diterapkan dengan benar-benar mengonsumsi makanan sampai habis tak bersisa. Sementara belanja bijak dapat diaplikasikan dengan membeli keperluan pangan sesuai kebutuhan dan tidak perlu sampai panic buying.
“Belanja bijak ini bagian dari kontribusi kita bersama untuk menjaga ketahanan pangan. Dengan berbelanja sesuai kebutuhan dan tidak panic buying tentunya demand di masyarakat tidak mengalami rush yang memicu kelangkaan pasokan dan lonjakan harga. Saya juga mengajak untuk menerapkan stop boros pangan sebagai upaya menjaga ketahanan pangan. Karena perilaku boros pangan selain bagian dari perilaku mubazir yang dibenci Tuhan, dampaknya merugikan secara ekonomi bahkan lingkungan,” pungkas Arief.
.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
komunikasi@badanpangan.go.id
Telp : 087783220455