Penanganan food waste atau pemborosan pangan merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA). Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, untuk menekan angka food waste, pihaknya menyadari pentingnya sinergi dan kolaborasi dari hulu ke hilir yang meliputi sektor pentahelix ABCGM (Academics, Business, Community, Government, and Media). Hal ini yang kemudian direalisasikan melalui “Gerakan Selamatkan Pangan (GSP)”
“Sinergi dan kolaborasi menjadi kunci dalam upaya menurunkan food waste. Isu ini juga sudah kami suarakan di tataran internasional di Roma pada forum UN Food System Summit bulan Juli lalu, dan kita implementasikan melalui Gerakan Selamatkan Pangan dengan membangun kemitraan bersama organisasi bank pangan/penggiat food waste dan stakeholder lainnya, sehingga dengan ini berkontribusi positif bagi ketahanan pangan nasional.” ujar Arief seusai mengikuti Raker Komisi IV DPR RI pada Rabu (30/8/2023) di Jakarta.
Adapun GSP terbagi menjadi 3 kegiatan utama yang meliputi, penyediaan, pengelolaan, dan penyaluran pangan melalui donasi pangan yang terpantau melalui platform penyelamatan pangan yang dapat diakses secara digital; serta sosialisasi, edukasi, dan advokasi lewat kampanye “Stop Boros Pangan” serta “Belanja Bijak”.
NFA bersama kementerian/lembaga terkait serta instansi, asosiasi dan organisasi penggiat pencegahan food waste, mengupayakan penyelamatan pangan dengan mendorong penetapan kebijakan dan pelaksanaan GSP di daerah, dengan sasaran awal pada tahun 2023 sebanyak 12 provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, serta Kalimantan Timur.
Melalui operasionalisasi mobil logistik pangan dan food truck sebagai tindak lanjut komitmen kerja sama NFA bersama 9 organisasi mencakup bank pangan dan para asosiasi, pangan yang berpotensi terbuang atau dimusnahkan namun masih dalam kondisi layak dan aman serta tidak termasuk pangan sisa/leftover food dapat dimanfaatkan untuk disalurkan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang membutuhkan.
“Piloting di wilayah Jabodetabek sejak akhir Desember 2022 hingga akhir Agustus 2023 sudah berhasil menyelamatkan pangan sebesar 49,9 ton dengan memfasilitasi penyaluran pangan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui mobil logistik dan food truck. Selain itu, pangan yang sudah tidak layak konsumsi juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak, pupuk kompos, serta untuk kebutuhan industri. Tentu ke depannya akan kita perluas ke berbagai wilayah sehingga gerakan ini terus bergulir dan berdampak positif pada ketahanan pangan kita.” ungkap Arief.
Adapun 9 organisasi tersebut terdiri dari 6 asosiasi dan 3 lembaga bank panhan/penggiat food waste, yaitu Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI), Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), serta Foodbank of Indonesia (FOI), Foodcycle Indonesia (FCI), dan Yayasan Surplus Peduli Pangan. Selain itu, saat ini juga tengah diinisiasi kolaborasi dengan PKK dalam rangka perluasan penderasan gerakan selamatkan pangan.
Selain itu, platform secara digital juga dikembangkan sebagai media yang memudahkan asosiasi dan penggiat food waste dalam penyaluran bantuan pangan. Platform yang dapat diakses melalui http://sbp.badanpangan.go.id tersebut antara lain memuat data pelaku usaha yang menjadi donatur dan penggiat food waste, sebaran lokasi penyaluran donasi, jumlah pangan yang diselamatkan, serta jumlah pangan yang disalurkan.
“Kita menyadari betul bahwa suatu gerakan akan semakin luas dan kuat apabila terintegrasi secara digital, untuk itu NFA menginisiasi platform Stop Boros Pangan. Hal ini juga sebagai bentuk transparansi dan pertanggungjawaban kami terhadap aktivitas pengumpulan dan penyaluran donasi pangan berlebih yang dilakukan.” jelas Arief.
Sebelumnya dalam Raker Komisi IV DPR RI bersama Kementerian Pertanian, Rabu (30/08/2023), anggota Komisi IV DPR RI Yessy Melania menyoroti persoalan food loss and waste yang perlu mendapat atensi yang kuat mengingat Indonesia ditengarai menjadi salah satu negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia. Ia mengatakan, food waste ini berkaitan erat dengan kebiasaan masyarakat yang masih mubazir dalam aspek pangan dan kebiasaan penyimpanan pangan yang masih belum tepat sehingga pangan tidak habis dikonsumsi.
“Ini menjadi isu yang booming di masyarakat kita bahkan dunia menyoroti ini. Situasi ini menjadi indikator bahwa rantai pangan kita belum maksimal.” ujarnya.
Adapun menurut kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Food Loss and Waste di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai 115–184 kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut sepatutnya dapat menghidupi 61-125 juta orang atau sama dengan 29-47 persen populasi rakyat Indonesia.
Arief berharap kehadiran pemerintah melalui upaya pengurangan pemborosan pangan ini menumbuhkan optimisme baru, khususnya dalam menyelamatkan generasi muda dari kondisi kerawanan pangan dan gizi.
Hal tersebut juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mewaspadai ancaman krisis pangan, sehingga generasi muda terhindar dari permasalahan kerawanan pangan dan kekurangan gizi demi tercapainya Generasi Emas 2045.
“Sosialisasi dan edukasi GSP kepada masyarakat usia dini menjadi prioritas. Kelompok tersebut pada 20 tahun mendatang, atau sekitar tahun 2045 adalah generasi emasnya Indonesia.” pungkas Arief.