Pemerintah mendorong potensi dan sumber daya produk pangan Indonesia dapat meningkat dan mengisi kebutuhan pasar yang tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dapat merambah ke pasar internasional.
“Hari ini kita terus mendorong komoditas pangan yang memang produksinya surplus di dalam negeri agar dapat berekspansi dan memenuhi kebutuhan pasar internasional. Seperti bawang merah, kita lihat dapat di ekspor dari Indonesia ke Malaysia dan beberapa negara lainnya. Ini tentu menjadi harapan kita bahwa Indonesia bisa menjadi produsen pangan dunia,” ujar Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi seusai menghadiri seminar internasional tentang ketahanan pangan di Kuala Lumpur, Malaysia pada Sabtu (12/10/2024).
Semangat untuk membangun Indonesia sebagai produsen pangan dunia ini selaras dengan komitmen Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk kembali mewujudkan swasembada pangan paling lambat empat tahun setelah dilantik pada 20 Oktober mendatang. Hal ini berarti ekspor pangan dilakukan ketika kebutuhan pangan di dalam negeri telah mampu dipasok dari produksi domestik.
Mengutip data Kementerian Pertanian, selama kurun waktu 2019 sampai 2023, Indonesia sebagai negara eksportir bawang menempati urutan ke-33 dalam lingkup global. Rerata nilai ekspor 2019-2023 sebesar USD 9,46 juta per tahun. Ini mengalami kenaikan yang impresif sebesar 44,87 persen jika dibandingkan pada kurun waktu 2017-2021 yang kala itu Indonesia masih berada di urutan ke-35 dengan rerata USD 6,53 juta per tahun.
Adapun menurut proyeksi neraca pangan nasional yang disusun NFA, Indonesia merupakan negara produsen bawang merah dengan produksi tahunan mampu mencapai 1,35 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi dalam setahun sebesar 1,16 juta ton. Ini artinya masih terdapat surplus sekitar 186 ribu ton.
Lebih lanjut, pada tahun 2023 Indonesia memiliki 3,5 juta rumah tangga usaha pertanian yang mengandalkan hortikultura sebagai usaha utama. Komoditas sayuran masih menjadi unggulan hortikultura antara lain bawang merah, cabai besar, cabai rawit, kubis, kentang, dan tomat. Ini mengacu selama 2023, bawang merah menjadi penyumbang produksi terbesar kategori sayuran dengan andil hingga 13,59 persen.
Dengan itu, bawang merah telah menjadi komoditas hortikultura yang mempunyai potensi ekspor, termasuk ke wilayah Asia Tenggara. Thailand menjadi negara Asia Tenggara terbanyak yang menerima ekspor bawang merah dari Indonesia sebanyak 6 ribu ton dengan nilai transaksi mencapai 8 juta USD pada tahun 2023.
Sementara ekspor bawang merah Indonesia ke Malaysia terus mengalami eskalasi yang progresif. Pada 2021, jumlahnya masih berada di angka 59,6 ton. Kemudian terus digenjot sampai pada 2023 mengalami peningkatan mencapai 10 kali lipat menjadi 612,8 ton.
Patut diketahui, sebagaimana rilis Badan Pusat Statistik (BPS), terkait Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), sejak Februari 2022, Pemerintah Indonesia konsisten menjaga NTPH selalu berada lebih dari 100 poin. Pada September 2024, NTPH berada di 108,46 dan masih lebih tinggi dibandingkan September 2023 yang 106,20.
Sementara jika dilihat pada indeks harga yang diterima oleh petani sayur-sayuran, termasuk bawang merah, di September berada pada 135,02. Ini pun masih masih cukup baik dibandingkan September tahun sebelumnya yang berada di 127,94.