Pemerintah konsisten dalam menjaga keberlanjutan dan memperkuat ekosistem perunggasan nasional. Melalui optimasi kerja sama antar daerah dan menggalang pemenuhan kebutuhan daerah yang defisit dengan menjembatani daerah surplus, menjadi penjaga kesinambungan usaha perunggasan.
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengambil peran terhadap implementasi kiat jitu tersebut. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengutarakan pihaknya membangun komunikasi dan mewujudkan keterhubungan kebutuhan, sehingga petani jagung dan peternak unggas dapat saling bersinergi bersama BUMN pangan.
“Hari ini adalah titik awal kita membangun ekosistem pangan, khususnya untuk telur peternak di Blitar dan petani jagung di Bima dan Dompu. Ini harus berhasil,” ucap Arief saat hadir dalam kegiatan bertajuk ‘Penyerapan Jagung dari Bima dan Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB) oleh Rumah Kebersamaan Peternak Layer Mandiri Blitar Kediri Tulungagung Ngalam Trenggalek (BKT NT)’ di Gudang Perum Bulog Bence, Blitar, pada Kamis (4/7/2024).
“Kita semua berbangga karena bisa membangun ini dengan cara bersama-sama sinergi, yang sebelumnya merasa tidak mungkin, hari ini mungkin. Ini keren, benar-benar B2B (business to business) dilakukan oleh teman-teman peternak di Blitar, Kediri, Tulungagung, Malang, dan Trenggalek bareng teman-teman petani di Bima dan Dompu,” sambungnya.
Adapun mobilisasi jagung petani asal Bima dan Dompu NTB dilakukan tanpa menggunakan APBN. Sejak Mei sampai Juni, realisasi skema ini telah menyentuh 1.898 ton. Rinciannya jagung dari Bima 1.505,2 ton dan Dompu 392,7 ton. Targetnya sampai 5.000 ton. NFA berperan sebagai penjembatan komunikasi dan skema B2B tersebut dilaksanakan bersama Bulog.
“Jadi Badan Pangan Nasional ini membukakan komunikasi. Setelah itu bersama Bulog dan ini B2B ya. Ini yang harusnya dikerjakan oleh seluruh pemerintah daerah berupa kerja sama antardaerah, sehingga kebutuhan peternak layer yang jadi andalan di daerahnya, terutama pasokan pakan ternak unggasnya, dapat terjaga,” kata Arief.
“Ada yang hebat lagi. Tadi saya kaget juga. Jadi saat selesai kirim jagung kesini, balik kesana membawa telur. Jadi daerah seperti NTB yang memang memerlukan telur, truknya kembali tidak kosong. Harganya pun terjangkau, sekitar Rp 50 ribu untuk 1 papan atau kurang lebih 2 kilo,” ungkapnya.
“Jadi apa yang sudah dikerjakan kita secara bersama-sama ini adalah yang kita cita-citakan bersama juga. Hebatnya ini dimulai dari Blitar, keren banget. Skema ini memang sangat efektif. Terima kasih teman-teman BKT NT,” tandasnya.
Pada kegiatan hari ini turut dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Bulog dengan BKT NT. Ke depannya akan diterapkan harga pre-sale untuk para peternak berupa Rp 4.900 per kilogram (kg) jika dibeli dalam 1 bulan dan Rp 5.000 per kg jika dibeli dalam 2 bulan.
Detail kualitas jagungnya antara lain memiliki kadar air maksimal 17 persen, butir berjamur maksimal 2 persen, butir pecah maksimal 2 persen, butir rusak maksimal 3 persen, benda asing maksimal 2 persen, dan aflatoksin maksimal 100 parts per billion (ppb).
Arief juga menguraikan soal struktur biaya jagung pipil kering yang telah dihitung NFA. Itu merupakan pemantik semangat petani jagung agar kian semangat berproduksi. Apalagi jagung turut jadi bagian dari pembentuk harga komoditas telur ayam dan daging ayam.
“Jadi gini, jagung kemarin itu harga awalnya Rp 4.200 per kilo, sebelumnya Rp 3.150 per kilo, sehingga para petani itu tak bergairah. Nah hari ini jagung itu sudah naik ke Rp 5.000 per kilo. Ini supaya teman-teman di sentra produksi jagung itu semangat untuk menanam,” jelasnya.
Melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2024, telah ditetapkan harga acuan pembelian di tingkat produsen dan harga acuan penjualan di tingkat konsumen untuk jagung, telur ayam ras, dan daging ayam ras. Adapun dalam beleid dimaksud, jagung pipilan kering dengan Kadar Air (KA) 15 persen di harga Rp 5.000 per kg, KA 20 persen di Rp 4.725 per kg, KA 25 persen di Rp 4.450 per kg, dan KA 30 persen di Rp 4.200 per kg. Lalu untuk jagung pipilan kering di tingkat konsumen/peternak dengan KA 15 persen di Rp 5.800 per kg.
“Dengan adanya BKT NT, Bulog, dan teman di sentra produksi jagung, ini jadi ekosistem yang ideal. Dulu importasi jagung karena memang produksinya tidak ada. Tapi kalau produksinya sudah ada, stop impor lalu optimalkan produksi dalam negeri. Nah untuk bisa mengoptimalkan produksi dalam negeri harus ada namanya standby buyer seperti sekarang ini,” lanjutnya.
“Kalau Bapak Presiden Jokowi itu memintanya harga yang wajar dan baik di tingkat petani, peternak sampai konsumen. Ini yang harus kita capai bersama-sama. Indonesia punya sekitar 270 juta lebih konsumen, jadi petani dan peternak unggas supaya bisa bersama sokong itu,” pungkas Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
Bersamaan dengan itu, Bupati Blitar Rini Syarifah berjanji akan menindaklanjuti dengan melaksanakan perjanjian kerja sama pula dengan Pemerintah Kota Bima dan Pemerintah Kabupaten Dompu. “Tindak lanjutnya kami akan mengadakan MoU dan dilanjut dengan perjanjian kerja sama dengan pemerintah Bima dan Dompu. Jadi (ini) bukti kalau pemerintah hadir untuk memfasilitasi peternak-peternak kita yang membawa Blitar ini sebagai penghasil telur terbesar se-Indonesia. Kami ini suplainya 30 persen nasional,” ujar Rini.
“Maka peternak-peternak ini kalau harganya (jagung) fluktuatif atau naik turunnya luar biasa drastis, mereka juga akan susah ya, sehingga pemerintah memfasilitasi. Alhamdulillah ada Badan Pangan Nasional, ada Bulog yang hari ini sudah komitmen untuk membantu,” imbuhnya.
Pada kegiatan hari ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Kediri Dewi Maria Ulfa, Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan NFA Maino Dwi Hartono, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jawa Timur Awaludin Iqbal, Pimpinan Perum Bulog Cabang Tulungagung David Donny Kurniawan, Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi beserta anggota BKT NT, Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), dan asosiasi peternak unggas serta petani jagung.