Penguatan ekosistem gula nasional terus digencarkan pemerintah. Ini berkaca pada adanya selisih antara produksi dan konsumsi. Menurut proyeksi neraca pangan yang disusun oleh Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), terhadap komoditas gula konsumsi ada gap minus sekitar 549 ribu ton, yang mana perkiraan produksi dalam negeri di 2024 berkisar 2,384 juta ton. Sementara kebutuhan tahunan gula konsumsi berkisar di 2,933 juta ton.
Untuk itu, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengapresiasi langkah Pemerintah Korea Selatan (Korsel) melalui KB Bank yang pada hari ini, Kamis (16/5/2024), meneken perjanjian kerja sama dengan salah satu anggota ID FOOD, PT Pabrik Gula Rajawali II (PG Rajawali II) dan PT Mata Langit Solusindo (MATA) dalam rangka penguatan ekosistem tebu di Indonesia melalui fasilitas pembiayaan kredit.
“Kerja sama ini merupakan bentuk nyata komitmen bersama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan dalam memperkuat kerja sama sektor pertanian, khususnya tebu. Saya menyambut baik dan sangat mengapresiasi langkah strategis ini. Ini sebagai wujud nyata dukungan Korea Selatan terhadap pengembangan sektor pertanian di Indonesia,” tutur Arief.
“Kehadiran kerja sama dari Korea Selatan di sektor ini merupakan angin segar bagi kemajuan sektor pertanian Indonesia. Saya yakin dengan sinergi dan kolaborasi yang kuat, kerja sama ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi kedua negara. Saya ingin mengajak para investor Korea Selatan untuk tidak hanya berfokus pada pinjaman modal, tetapi juga transfer teknologi dan keahlian yang dimiliki,” pintanya.
Arief mengungkapkan dengan adanya penerapan transfer teknologi dan keahlian tersebut, dapat membantu eskalasi kapasitas dan daya saing petani tebu di Indonesia. Alhasil, akan bermuara pada produk tebu yang berkualitas mumpuni dan mampu bersaing di kancah global.
“Badan Pangan Nasional tidak hanya fokus pada komoditas tebu saja, kami juga mengampu berbagai sektor pangan strategis lainnya seperti beras, jagung, kedelai, dan sebagainya. Untuk itu, kerja sama pendanaan seperti ini sangat dibutuhkan oleh para petani kecil di seluruh Indonesia dalam peningkatan produktivitas dan kesejahteraannya,” beber Arief.
“Saya yakin bahwa kerja sama ini akan memberikan dampak yang besar bagi hubungan bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia, serta bermanfaat bagi para petani Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional. Semoga penandatanganan MoU ini menjadi titik awal kerja sama yang lebih luas dan berkelanjutan di masa depan. Mari kita bersama-sama membangun sektor pertanian yang maju, mandiri, dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Dikaitkan dengan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel), ke depannya NFA terus mendukung ke arah target swasembada gula konsumsi yang dicanangkan pada 2028 dan swasembada gula industri pada 2030.
Kepastian pasokan gula bagi masyarakat juga dilakukan melalui penugasan pengadaan gula dari luar negeri yang diemban BUMN dan para pelaku usaha pergulaan lainnya. Di tahun ini, ID FOOD memegang Persetujuan Impor (PI) sebanyak 30 ribu ton. Sementara posisi stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dalam bentuk gula pasir per 15 Mei terdapat sebanyak 5,3 ribu ton.
Di acara yang sama, CEO KB Bank Tom Woo Yeul Lee mengemukakan komitmen pihaknya dalam memberikan akses pembiayaan di sektor pertanian Indonesia dan peluang ekspansi merambah sektor pangan strategis lainnya.
“KB Bank akan terus berupaya memberikan dukungan keuangan yang cepat dan lancar kepada para petani yang berada di luar jangkauan layanan keuangan, mulai dari dukungan keuangan untuk pertanian tebu hingga ekspansi ke sektor lain seperti beras, jagung, dan minyak sawit. (Ini) untuk mendukung pembangunan masyarakat lokal dan pertumbuhan berkelanjutan di sektor pertanian Indonesia,” ucapnya.
Sebagai informasi, dalam kooperasi ini, KB Bank memberikan dukungan keuangan produktif kepada lebih dari 5 ribu kebun tebu yang merupakan bagian dari PG Rajawali II. Sementara itu, MATA akan menyediakan solusi data yang mampu memberikan informasi penting seperti kondisi cuaca, kelembaban tanah, jumlah pupuk, dan kesehatan tebu dengan menggunakan teknologi satelit, serta memberikan perkiraan produksi tebu enam bulan sebelum panen.