NFA Gandeng BPS Lakukan Survei Stok Beras dan Jagung Nasional Akhir Tahun 2023

Badan Pangan Nasional/ National Food Agency (NFA) gandeng Badan Pusat Statistik (BPS) pastikan survei beras dan jagung 2023 mulai dilaksanakan untuk mengetahui angka stok akhir beras dan jagung yang valid dan updated sesuai dengan realitas di lapangan. Hal ini digunakan sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan pangan khususnya beras dan jagung di tahun 2024.  

“Survey ini dirancang untuk menghasilkan estimasi stok yang valid dan akurat pada level nasional, yang sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi stok beras dan jagung, baik di rumah tangga maupun luar rumah tangga agar dapat digunakan oleh Pemerintah untuk merumuskan kebijakan strategis yang tepat untuk komoditas beras dan jagung,” ungkap Kepala NFA Arief Prasetyo Adi sesaat usai Penandatanganan Perjanjian Kerjasama NFA dan BPS terkait Survei Beras dan Jagung Tahun 2023 di Jakarta, Jumat (1/12/2023). 

Menurutnya data stok akhir tahun yang valid ini sangat dibutuhkan untuk memastikan ketersediaan pangan di suatu wilayah sehingga upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dapat terwujud. 

Arief juga menyampaikan apresiasi kepada BPS karena pada Oktober 2023 lalu telah merilis data Kerangka Sampling Area (KSA) Jagung, “Kami apresiasi BPS dengan dikeluarkannya KSA jagung. Alhamdulillah hasilnya sesuai dengan kondisi real, tidak dikurang-kurangi dan tidak dilebih-lebihkan. Bagi saya kondisi riil di lapangan harus disampaikan secara faktual, sehingga peran BPS di sini sangat penting” ujar Arief. 

Seperti diketahui, untuk komoditas beras, Badan Pangan Nasional dan Badan Pusat Statistik juga sudah melakukan kerja sama survei stok beras  pada akhir tahun 2022. 

“Kami berharap tahun ini juga menghasilkan data yang lebih akurat, presisi. Terima kasih atas komitmen BPS dalam memberikan dukungan terhadap metodologi survei dan penarikan sampel yang lebih baik, dengan pengambilan data pada tingkat rumah tangga, pedagang, penggilingan, horeka dan industri, serta Bulog.” tambahnya. 

Arief berharap pendampingan yang intensif dari BPS dapat menghasilkan hasil survey yang berkualitas agar kebijakan yang diambil tepat sasaran. “Survei beras dan jagung diharapkan juga dapat menghasilkan kesepakatan satu data sebagai upaya mewujudkan Satu Data Indonesia yang merupakan salah satu agenda nasional,” tegasnya. 

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti menegaskan bahwa BPS ingin berkiprah lebih baik dalam menyediakan data data statistik yang dapat memberikan kontribusi terhadap perumusan kebijakan yang lebih tajam ke depan. 

“PKS ini akan menjadi bagian kontribusi kami bersama dengan Badan Pangan Nasional dalam satu bulan ini kita akan mendapatkan gambaran dan fakta persis apa yang terjadi di lapangan sehingga dapat memberi penajaman program untuk tahun 2024,” tegasnya. 

Sebagai lembaga penyedia data yang harus dijamin memberikan data yang valid dan objektif, menurutnya BPS akan memastikan tidak ada kepentingan serta intervensi pihak manapun. “Kami siap untuk selalu berkolaborasi, yang penting adalah disini tidak ada kepentingan karena BPS harus obyektif dimanapun berada dan menjamin tanpa intervensi untuk bisa ditindaklanjuti dengan kebijakan yang tepat,” ungkapnya. 

Direktur Ketersediaan Pangan NFA Budi Waryanto mengungkapkan bahwa unit sampel dalam survei padi/beras mencakup rumah tangga produsen, rumah tangga konsumen, penggilingan padi, usaha perdagangan beras skala mikro-kecil (UMK) dan skala menengah-besar (UMB), industri yang menggunakan bahan baku beras, hotel, restoran, serta Perum BULOG

“Untuk survei jagung unit sampel mencakup rumah tangga produsen, rumah tangga konsumen/peternak mandiri, usaha pemipilan jagung, industri besar sedang (IBS) dan usaha mikro kecil, perdagangan (pengepul, agen dan grosir) serta Perum BULOG,” katanya. Sedangkan, informasi stok yang dikumpulkan dalam survei mencakup stok sentra beras dan jagung pipilan kering, tambahnya.

Arief menambahkan kolaborasi dua institusi ini tidak terlepas dari upaya penguatan tata kelola pangan nasional yang berbasis data yang kuat. Sebab hal ini menjadi salah satu perhatian Presiden Joko Widodo agar ketersediaan pangan pokok strategis seperti beras dan jagung harus dihitung secara cermat dan sesuai kondisi di lapangan. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *