NFA Elaborasi Penguatan Sinergitas Pangan dengan Pelaku Usaha Ritel

Keterkaitan urusan pangan dengan pelaku usaha ritel merupakan bagian tak terpisahkan. Sektor ritel merupakan kunci pertumbuhan industri pangan yang menyokong hajat hidup masyarakat. Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menyadari urgensi itu, sehingga sinergitas dengan para pelaku ritel selama ini terus dijalin secara kolaboratif.

Pandangan Itu disampaikan Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo saat memberikan sambutan dalam Peringatan Hari Ritel Nasional ke-IV bertajuk ‘Unity Matters for Retail Growth’ yang digelar oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) di Jakarta, Sabtu (11/11/2023).

“Urusan pangan memang sangat erat dengan ritel, di mana sektor ritel merupakan kunci bagi pertumbuhan industri pangan yang menopang hajat hidup orang banyak. Keberadaan peritel menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam rantai pasok pangan nasional. Untuk itu, semakin kuatnya sektor ritel pangan tentu akan dapat mendorong ekosistem pangan nasional yang sehat dan terus bertumbuh seperti ditegaskan Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam berbagai kesempatan,” urai Nyoto.

“Selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar dalam sistem pasokan distribusi pangan dapat mampu menjaga kualitas pangan dan tidak sampai terjadi penumpukan atau over stock serta menciptakan harga yang wajar bagi masyarakat, untuk itu NFA selama ini terus bersinergi dengan kalangan ritel melalui kegiatan yang mendukung ketersediaan pangan serta SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) yang mampu meningkatan gairah ekonomi nasional,” lanjut Deputi NFA.

Sebagaimana diketahui dalam penyaluran beras program SPHP, NFA bersama Perum Bulog turut memasifkan melalui jalur ritel modern. Dengan ini, beras SPHP terus digelontorkan ke pasar tradisional dan juga ke outlet-outlet ritel modern antara lain Ramayana, Indomaret, Alfamart, Hypermart, Superindo, dan Lotte. Harga beras SPHP konsisten pada harga maksimal Rp 10.900 per kg dengan pembatasan pembelian maksimal 2 pack per pelanggan.

Adapun realisasi penyaluran beras SPHP di tingkat konsumen sampai 9 November tercatat telah mencapai 916.898.727 kg atau 84,51 persen dari target 1.085.000.000 kg pada tahun ini. Tabulasi data ini melingkupi penyaluran beras SPHP ke semua lini pasar, baik pasar tradisional maupun ritel modern serta pasar induk.

Sebagai dampak dari upaya digencarkan penggelontoran beras SPHP ke semua lini pasar tersebut, harga beras medium di tingkat konsumen mulai mengalami penurunan secara gradual. Pada 1 Oktober tercatat harga rata-rata semua provinsi untuk beras medium berada di angka Rp 13.220 per kg. Ini mengalami depresiasi 30 poin pada 10 November menjadi di harga Rp 13.190 per kg.

Lebih lanjut Nyoto juga memaparkan adanya kerja sama NFA dengan kalangan ritel dalam hal pengawasan keamanan mutu pangan, utamanya berkaitan dengan Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT). Pengawasan PSAT di pasar ritel konsisten dilaksanakan NFA demi memastikan kualitas pangan beredar di masyarakat telah terjamin aman dan tidak mengandung zat yang berimbas pada kesehatan.

“NFA bersama-sama pelaku usaha ritel senantiasa memastikan keamanan PSAT yang diperjualbelikan. Ini dilakukan berupa melakukan pengawasan langsung dan pengecekan terhadap pemenuhan standar keamanan dan mutu pangan. NFA selalu mendorong kalangan ritel agar memilih pemasok yang telah memiliki izin edar PSAT dan tidak memperdagangkan produk PSAT yang tidak menyertai identitas pada kemasannya,” beber Nyoto.

Pengujian keamanan PSAT yang dilakukan NFA berupa uji residu pestisida golongan organophosphate dan formalin. Secara akumulatif sampai Oktober, NFA telah melakukan penjaminan sebanyak 24.039, baik dalam bentuk izin edar maupun sertifikasi. Ini merupakan pelaksanaan amanat Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional, yang menyebutkan bahwa NFA bertugas sebagai penyusun Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) di bidang Keamanan dan Mutu Pangan

“Potensi kolaborasi lainnya yang dapat dijalin dengan kalangan ritel, kami ingin mengajak dalam upaya pencegahan pemborosan pangan atau food waste. Ini karena pangan sebanyak 1,3 miliar ton atau setara dengan sepertiga dari pangan yang diproduksi ternyata terbuang setiap tahun. Padahal itu berpotensi dapat dimanfaatkan bagi sekitar 61-125 juta jiwa atau 29-47 persen dari populasi penduduk Indonesia,” ungkap Deputi II NFA.

“Oleh sebab itu, kami ingin mengajak seluruh pelaku usaha ritel, terutama yang bergerak di bidang pangan untuk membantu kampanyekan gerakan ‘Stop Boros Pangan’. Ini bisa dengan menempelkan imbauan berupa flyer, iklan atau media kreatif lainnya di tempat usahanya masing-masing,” pungkas Nyoto.

Sementara itu, Ketua APRINDO Roy Mandey yang ditemui saat mengunjungi pameran SIAL InterFood ke 24, Sabtu (11/11/2023) di JIExpo Kemayoran mengatakan, industri ritel akan terus bersinergi sektor pangan. Menurutnya dalam pameran ini, APRINDO menyertakan sekitar 40 UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) sektor pangan binaan APRINDO sebagai bentuk dukungan peritel terhadap pengembangan UMKM pangan. Adapun total UMKM binaan APRINDO mencapai 200 UMKM.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengapresiasi kehadiran UMKM dalam gelaran pameran ini. Hal tersebut diungkapkannya saat mengunjungi salah satu stand UMKM yang berfokus pada pengembangan komoditas sagu.

“Ini luar biasa sekali di mana UMKM pangan ini harus berkembang, masuk ke ritel, memperluas jaringan bahkan hingga ke pasar global. Seperti sagu sebagai pangan lokal tentunya kita dukung untuk terus berkembang. NFA punya Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan yang berfokus pada pengembangan pangan lokal. Salah satunya kita dorong melalui konsumsi pangan B2SA, Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman,” ungkap Arief.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *