Dukung Ekspansi Ekspor Pangan, NFA Ambil Peran Dalam Upaya Perpanjangan Masa Simpan Pangan

Pemerintah secara simultan mendorong produk pangan asal Indonesia dapat ekspansi ke pasar luar negeri. Hal ini mengingat potensi dan sumber daya produk pangan Indonesia ke pasar internasional cukup besar. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menuturkan hal tersebut pada saat melepas ekspor PT Malindo Food Delight di Cikarang, Jawa Barat pada Jumat (20/10/2023).

“Hari ini kita terus dorong produk pangan nasional dapat ekspansi ke internasional. Indonesia bisa menjadi produsen pangan dunia. Kita mesti dorong negeri kita menjadi sumber pangan dunia. Jangan terbalik dengan kita terus yang menjadi pasarnya dengan jumlah penduduk 270 juta orang,” sebut Arief.

“Apalagi kita akan punya bonus demografi yang tinggi. Hal ini menjadi perhatian Bapak Presiden Joko Widodo, bahwa bonus demografi ini akan mencapai puncak di Tahun 2030-an dengan 68 persen merupakan penduduk usia produktif, sehingga ini dapat menjadi kunci peningkatan produktivitas nasional kita,” sambungnya.

Lebih lanjut, NFA telah mengambil peran dalam mendukung perpanjangan masa simpan pangan atau shelf life produk pangan. Dengan pola ini, produksi yang berlebih dapat dilakukan penyimpanan lebih lama dan dapat dilepas pada masa mendatang, termasuk untuk tujuan ekspor.

“Kita kalau mau jadi eksportir, sudah harus tahu bagaimana memperpanjang shelf life. Ini bisa diterapkan dengan teknologi seperti cold storage, reefer container, dan air blast freezer. Misalnya bawang putih, cabai, atau telur, itu shelf life-nya akan bisa lebih panjang sehingga pada saat panen nantinya bersamaan, kita bisa simpan dan perpanjang shelf life-nya. Kita kurangi importasi secara berkala lalu dorong produksi dalam negeri,” tutur Arief.

Sebagaimana diketahui, sejak 2022 NFA telah memfasilitasi sarana prasarana logistik pangan guna dapat membantu upaya perpanjangan masa simpan pangan. Dengan kandungan nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 40%, NFA menyalurkan berbagai fasilitas ke daerah-daerah sentra produksi antara lain berupa cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer. Sementara untuk tahun ini akan terus dilanjutkan di 8 provinsi sentra konsumen dan tahun depan ditargetkan 11 unit dengan total anggaran Rp 15,23 Miliar.

“Sebentar lagi, teman-teman Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) juga akan meluncurkan penerapan metode teknologi iradiasi pangan untuk pengawetan komoditas pangan. Misalnya iradiasi pangan untuk cabai itu bisa menjadikan tahan 2 sampai 3 bulan. Ini juga kita lakukan untuk menyokong penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Kita targetkan target stok CPP setidaknya mencapai 5 persen dari total kebutuhan konsumsi bulanan nasional,” beber Kepala NFA yang juga menjabat sebagai Plt. Menteri Pertanian.

Dapat dijelaskan iradiasi pangan merupakan metode penyinaran bahan pangan dengan memakai zat radioaktif. Metode ini dapat mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan produk pangan dari mikroorganisme yang berbahaya. Proses ini juga mampu meningkatkan keamanan pangan dan menjaga mutu pangan.

“Tentu apabila stok nasional sudah sufficient, ini waktunya kita lakukan ekspor. Misalnya ayam dan telur, itu kita bisa dikatakan swasembada, termasuk beras juga. Karena menurut FAO (The Food and Agriculture Organization), swasembada itu ketika 90 persen kebutuhan nasional dipenuhi produksi nasional. Sementara importasi itu kita lakukan untuk top up stok CPP sebagai food reserve,” pungkas Kepala NFA.

Sebagaimana diketahui, CPP atau food reserve digunakan dalam pelaksanaan berbagai program intervensi pemerintah. Penyaluran tersebut dalam bentuk bantuan pangan beras, beras Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke semua lini pasar, Gerakan Pangan Murah (GPM), dan distribusi beras komersial melalui penggiling padi se-Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *