Langkah-langkah mitigasi dalam menghadapi ancaman krisis pangan global, penting untuk segera diimplementasikan. Apalagi Indonesia termasuk negara dengan regional skala medium yang akan terdampak perubahan iklim. Beberapa langkah mitigasinya adalah dengan memastikan ketersediaan pangan dan harga pangan yang stabil, serta melalui kebijakan-kebijakan pemerintah terkait sektor pangan yang saling berkolaborasi.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menyampaikan hal itu sebagai dosen tamu dalam kuliah umum IPMI International Business School, Sabtu (22/7/2023). “NFA melakukan pemantauan dan pengaturan ketersediaan pangan, keamanan pangan, dan stabiliasi harga pangan secara bersamaan. Selain itu, kami juga bertugas di bidang kerawanan pangan dan gizi serta penganekaragaman pangan. Tentunya untuk melakukan semua tugas itu, kami terus berkolaborasi dengan seluruh pihak yang terkait, termasuk bersama kementerian/lembaga, pihak swasta, BUMN, asosiasi, dan lainnya”.
Arief menuturkan ketahanan pangan Indonesia adalah berdasarkan kedaulatan dan kemandirian pangan, karena negeri ini mempunyai banyak petani dan pegiat di sektor agrikultur. Untuk itu, perlu adanya jaminan harga di tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Lanjutnya NFA terus mendorong Perum Bulog untuk menyerap produksi dalam negeri dengan strategi ‘jemput bola’.
Lebih lanjut dikatakannya Nilai Global Food Security Index (GFSI) Indonesia pada 2022 menunjukan aspek sustainability yang memperoleh kenaikan yang signifikan, meskipun pada aspek availability mengalami penurunan indeks. “Isu penurunan luasan lahan pertanian memang menjadi isu yang hangat saat ini. Sekitar 10,4 juta hektar lahan produksi yang ada saat ini, terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Untuk itu NFA mendukung adanya regulasi proteksi lahan di pemerintah daerah yang diatur oleh Kementarian Dalam Negeri” pungkasnya. Selengkapnya simak pemaparan lengkapnya di konten diatas.