Jakarta – Sebagai salah satu komoditas pangan pokok strategis, ketersediaan dan stabilitas kedelai terus menjadi perhatian pemerintah. Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan harus dibangun ekosistem terintegrasi sehingga pasokan kedelai tetap terpenuhi dan gejolak harga baik di tingkat produsen tahu tempe maupun konsumen dapat terkendali. Dan salah satu kuncinya pada kestabilan pasokan kedelai bahan baku untuk para pengrajin tahu tempe.
Hal tersebut disampaikan Arief saat menghadiri Rapat Anggota Tahunan (RAT) Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), pada Rabu (14/06/2023) di Hotel Kartika Chandra, Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut Arief meminta BUMN Pangan dalam hal ini Perum Bulog untuk memasok kebutuhan kedelai pengrajin tahu tempe secara terorganisir melalui wadah koperasi. Tidak hanya itu, ia juga meminta Bulog untuk berperan sebagai offtaker yang menyerap hasil panen petani yang dikoordinasikan melalui kelembagaan Gakoptindo.
Menurutnya skema closed loop ini merupakan bagian dari tata kelola ekosistem kedelai nasional yang sedang dibangun saat ini untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, salah satunya dengan menempatkan BUMN Pangan sebagai sentral dari tata niaga kedelai nasional.
“Kita menginginkan terbangunnya satu ekosistem dimana para pengrajin tahu tempe tidak lagi kesulitan mendapatkan bahan baku. Nah, kehadiran negara melalui kolaborasi bersama BUMN pangan dalam membangun sistem harus dilakukan, sehingga ada jaminan pasokan kepada para pengrajin dan tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga kedelai. ” ujar Arief.
Melalui skema tersebut, BUMN bersama koperasi akan mempersiapkan stok minimal untuk dua hingga tiga bulan ke depan, sesuai dengan hasil prakiraan Neraca Komoditas Pangan guna memperkuat Cadangan Kedelai.
Adapun berdasarkan Prognosa Pangan, kebutuhan nasional kedelai saat ini mencapai 2,8 juta ton, sedangkan produksi kedelai dalam negeri masih berada di kisaran 300 ribu ton, sehingga masih dibutuhkan 2,5 juta ton. Arief mengatakan, meskipun neraca kedelai nasional masih defisit, hal ini harus dilihat sebagai peluang bagi para produsen kedelai untuk meningkatkan produksi domestik mengingat besarnya kebutuhan tersebut.
Selain itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, NFA juga telah menetapkan Harga Acuan Pembelian (HAP) Kedelai melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 11 Tahun 2022. Adanya regulasi ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan harga di tiga lini rantai pangan, dan meningkatkan gairah menanam bagi petani yang diikuti dengan upaya penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk Kedelai dengan menempatkan BUMN sebagai standby buyer.
“Untuk itu Nota Kesepahaman antara Gakoptindo dengan Perum Bulog yang ditandatangani hari ini agar segera ditindaklanjuti dalam perjanjian kerja sama sehingga dapat segera diimplementasikan di lapangan,” imbuhnya.
Adapun Nota kesepahaman tersebut berisi komitmen kedua belah pihak mengenai penyediaan dan distribusi pangan bagi anggota Gakoptindo, yang ditandatangani oleh Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita dan Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin.