BOGOR – Perubahan iklim, dampak pandemi, dan dinamika geopolitik global membuat rantai pasok terganggu, dan menjadikan banyak negara menahan produk pangannya untuk menjaga kecukupan stok pangan dalam negeri. Mencermati kondisi tersebut, upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal dipandang sangat penting menjadi strategi menjaga ketahanan pangan domestik.Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Kuliah Umum Polbangtan Bogor, Rabu (31/08/2022).
“Kalau hari ini gandum sulit masuk ke Indonesia akibat dampak perang dan perubahan iklim, ini sebenarnya kesempatan kita mengembangkan produk pangan di dalam negeri. Negara kita ini subur sekali. Kalau di luar ada krisis pangan, sebenarnya Indonesia tidak terkena krisis pangan, karena kita masih punya beragam sumber daya pangan,” ujar Arief.
“Ini waktunya kita memproduksi pangan lokal. Ini waktunya kita berdaulat atas pangan kita sendiri,” tegasnya.
Apa yang disampaikan Arief tersebut selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mengoptimalkan sumber pangan di dalam negeri untuk mensubtitusi produk impor. Hal ini untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan akibat dampak pandemi, perubahan iklim, dan perang Rusia – Ukraina yang hingga saat ini masih belum reda.
Lebih lanjut Arief menjelaskan, sebagai institusi yang salah satu fokus utamanya adalah penganekaragaman pangan, pihaknya mendorong semua pihak untuk hidup sehat, aktif, dan produktif dengan mengonsumsi produk pangan dalam negeri, dan menerapkan pola pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman atau B2SA.
“Karena itu saya mengajak kita semua untuk turut mempromosikan gerakan pangan beragam bergizi seimbang dan aman atau B2SA. Gerakan ini bukan hanya slogan ak