Antisipasi Pasokan, Food Station Gelar Kerjasama dengan PT Shang Hyang Seri

Jakarta Review, Jakarta – Untuk mengantisipasi paceklik di penghujung tahun 2020, PT Food Station Tjipinang Jaya menggelar kerjasama pengadaan beras di lahan seluas 1000 hektar dengan PT Shang Hyang Seri (SHS), di Sukamandi, Jawa Barat, Kamis, 8 Oktober 2020.

Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya dan Karyawan Gunarso selaku Direktur Utama PT Sang Hyang Seri.

“Kerjasama ini dilakukan sebagai antisipasi menghadapi paceklik yang biasa terjadi di akhir tahun. Food Station menjadi stanby buyer dari 1000 hektar tanaman padi di lahan yang dimiliki SHS. Adapun lahan yang dikerjasamakan seluas 1000 hektar dari 3000 hektar total luas lahan yang dimiliki oleh SHS,” ujar Direktur Utama PT Food Station Arief Prasetyo Adi.

Menurut Arief, dua bulan terakhir di akhir tahun yakni November dan Desember situasi paceklik biasa terjadi, karena itu, Food Station harus melakukan antisipasi agar pasokan tetap terjaga.

Melalui kerjasama dengan SHS ini lanjut Arief, Food Station akan mendapatkan pasokan 20 ribu ton GKP sampai dengan akhir tahun 2020 dengan estimasi produktifitas per hektarnya rata-rata 6 ton.

“Tahun depan kalau sukses, kerjasama akan diperluas dengan mekanisme contract farming. Melalui sistem ini, Food Station bisa meminta SHS menanam varietas tertentu di lahan yang dikerjasamakan,” jelas Arief.

Sekedar informasi kerjasama antara Food Station dan SHS  merupakan tindak lanjut dari penjajakan yang sudah berlangsung intens antara kedua belah pihak.

“kami bergantian saling mengunjungi kantror masing-masing, dan beberapa bulan lalu saya dan tim sempat datang ke areal persawahan milik SHS menjadi objek kerjasama ini,” jelas Arief.

Sinergi ini lanjut Arief sesuai dengan arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk mengamankan pasokan dan harga pangan di Jakarta jelang akhir tahun.

Arief menambahkan, di masa paceklik di penghujung tahun, Food Station memang biasa melakukan antisipasi untuk memastikan kelancaran pasokan. Biasanya yang dilakukan adalah melakukan pembelian beras dari Sulawesi Selatan yang selama ini dikenal sebagai daerah sentra produksi beras yang memiliki surplus terbesar di Indonesia.

“untuk tahun ini kami dalam posisi stand by saja, artinya kalau pasokan dari sentra produksi di Jawa sudah mencukupi, kami nggak perlu mengambil dari sulawesi,” ungkap Arief. (win)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *